Mohon tunggu...
Indra Furwita
Indra Furwita Mohon Tunggu... Aircraft Engineer -

Aviation & Travel Enthusiast, juga berkarya di IG @FlightEnjoyneer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Andai Jogja Seorang Manusia

7 Oktober 2011   19:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:13 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oh ya... HUT Yogyakarta sudah berlangsung tepat 7 Oktober kemarin. Saya baru tahu bahwa kota yang akrab dengan ejaan Jogja ini sudah berusia 255 tahun. Woow, ternyata lebih tua dari Republik Indonesia ya? Bisa dibayangkan, sejarah Indonesia selama 66 tahun merdeka saja masih banyak yang belum paham (termasuk saya) apalagi selama ratusan tahun? Mungkin memang lebih baik Jogja tetap dibawah naungan RI saja, susah untuk menyusun runtutan sejarahnya.

Lazimnya sebuah perayaan ulang tahun, biasanya yang berulang tahun dibuatkan semacam perayaan. Adapun caranya bermacam-macam, kalau seperti anak-anak usia 1-15 tahun dirayakan dengan mengundang teman-teman sebaya. Tapi Jogja, tidak mungkin dengan mengundang kota-kota lain seperti Jakarta, Surabaya, Samarinda, Manokwari, dll untuk hadir di acara HUT Jogja.

Jika mungkin meniru perayaan remaja jaman sekarang, yang berulang tahun dikerjain. Anak sekolahan di lemparin telur dan tepung lalu digoreng, Anak kos diberantakin isi kamarnya, anak kampus diikat di tiang listrik perempatan jalan lalu dibiarkan selama 1 jam. Pilih yang mana? Ya tentu, semua nya gak mungkin diadakan hal serupa untuk ngerayain ultahnya Jogja.

Lalu bagaimana dong? Bagaimana kalau meniru perayaan ultah orang tua kita, kakek, nenek, opa atau opa? Kalau kita punya eyang, anak cucunyan biasa memberikan surprise dengan datang ke kampung mengunjungi serta memberikan kue tar dari kota. Menyanyikan lagu semarak selamat ulang tahun, kalau Happy Birthday belum tentu ngerti kan? hehehe. Biasanya setelah itu, anak sungkeman dan mengucapkan harapan terbaiknya lalu Si Eyang akan memberikan petuah-petuah untuk tetap mengingat dan merawat dirinya.

Tapi karena belum ditemukan seorang pun yang bersuia 255 tahun (kalau ada beritahu saya ya?), jadi kita tidak bisa meniru siapapun. Kalau begitu cukup dengan 'gaya-gaya' perayaan ultah eyang tadi. Kita berikan surprise pada Kota Jogja, mendengarkan dan melaksanakan petuah dari Kota ini.

Sebagai pendatang, berstatus sebagai mahasiswa alias perantau saya mengakui bahwa selama 2 tahun lebih menyantap hidangan nasi kucing angkringan, belum terlalu mengenal kota ini sepenunya. Ruas jalan pun saya hanya tahu sebagian. Tempat wisata pun demikian, paling wah juga Parangtritis, Malioboro, Keraton dan yang tidak pernah saya lupa adalah SarKem. Jadi, kalau ditanya mau ngasih kado apa ke Jogja, saya agak bingung. Malah saya berniat minta ditraktir makan selama sebulan, tidak masalah dimana tempatnya asalkan kenyang dan bergizi. Bagaimana Jogja?

Perlahan tapi pasti, saya mulai sadar bahwa saya jatuh cinta pada Jogja. Saat memutuskan untuk lebih mengenal Jogja lebih jauh, lingkungan seisinya sangat mendukung. Ramah tamah, sopan santunnya yang membudaya hingga keseluruh lapisan masyarakat membuat saya yakin untuk melamarnya menjadi pelabuhan tempat bersandarnya amanah orang tua, mengumpulkan pundi-pundi ilmu. Alhamdulillah, Jogja menerima lamaran saya. Walau 'Ia' tahu, bahwa suatu saat nanti harus rela kutinggalkan. Sebuah kemuliaan yang tiada tara.

Kesetiaan Jogja kian tampak seiring hari-hari yang kutempuh bersamanya. Memang pernah sesekali Ia menyakitiku juga teman-temanku di beberapa kesempatan, tapi kami sadar bahwa Jogja tidak sepenuhnya demikian. Di balik itu, hampir setiap hari ku bisa bersenang-senang, saya bisa bermain menembus dua buah pohon beringin di Alun-alun yang kadang menjengkelakanku karena tidak berhasil. Bahkan kemana-mana saya bisa makan murah, hidup pun kian hemat.

Setiap tengah malam, saya sering keluar untuk mencari angin segar sembari berkumpul dengan rekan-rekanku. Setiap itu pula Jogja selalu melindungi ku. Tak pernah kumerasakan hal yang membahayakan hidupku.

Jogja, semua yang kusebutkan sengatlah kecil jika dibandingkan dengan rekaman memory di kepalaku ini. Cukuplah ku ketahui saja bahwa Jogja memang 'romantis'.

Sekarang, ku ingin bertanya. Apakah yang bisa kulakukan untuk membuatmu senang di hari spesial-mu ini?... Mengapa kau tak menjawab??? Baiklah jika memang semua terserah padaku, ku berusaha untuk melakukan yang terbaik untukmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun