Mohon tunggu...
Indra Agung
Indra Agung Mohon Tunggu... Lainnya - Indra Agung

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengkaji Tenggelamnya KRI Nanggala-402 Diduga Tidak Black Out!

4 Mei 2021   21:20 Diperbarui: 16 Mei 2021   11:20 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://nasional.kompas.com

KRI Nanggala-402 adalah kapal selam dalam jenis kapal selam kelas Cakra pada TNI-AL Indonesia. KRI Nanggala berada di bawah kendali Satuan Kapal Selam Komando Armada RI Kawasan Timur. nama dari kapal Nanggala berasal dari nama senjata milik Prabu Baladewa dalam cerita pewayangan indonesia. KRI Nanggala-402 hilang kontak pada rabu, 21 april 2021 disaat melakukan latihan penembakan torpedo di Laut Bali. Dalam hal ini, kapal selam ini membawa 53 awak. KRI Nanggala kemudian dinfokan menghilang pada 24 April 2021 oleh TNI AL setelah ditemukannya bagian-bagian dari kapal Nanggala-402. KRI Nanggala dibeli oleh pemerintah RI pada 2 April 1977. dalam hal lain bahwa pembuatan KRI Nanggala sebesar 625juta oleh pemerintah RI.

Analisis Manajemen Risiko “Tenggelamnya Kapal Nanggala-402"

Kapal Nanggala–402 gugur atas misinya beserta 53 awaknya dikarenakan adanya kecelakaan disaat melakukan penugasan latihan penembakan torpedo di Bali Utara. Dimana Kapal Nanggala sudah melakukan strategi latihan penembakan Torpedo di laut utara Bali. 

Sumber foto: https://www.tribunnews.com
Sumber foto: https://www.tribunnews.com
Pada tanggal 24 april 2021, ditemukan oleh tim pencari kapal RI dari Nanggala-402 yaitu bukti otentik antara lain seperti kepingan pelurus tabung torpedo berwarna hitam, kepingan pembungkus pipa pendingin, satu botol grase pelumas periskop kapal selam, potongan kecil spon-spon penahan panas, serpihan alas salat para ABK dan minyak solar di dalam botol yang diambil dari permukaan laut.

bukti pertama yang ditemukan adalah pelurus dari tabung torpedo kapal, kemudian selanjutnya adalah kepingan pipa pendingin. kemudian botol warna oren adalah grease untuk pelumas periskop kapal selam kapal KRI Nanggala-402. Setelah itu, benda yang berwarna putih merupakan alas ABK yang digunakan untuk melakukan solat. Bukti-bukti tersebut sudah di konfirmasi oleh mantan ABK KRI Nanggala, dan juga adanya spon yang merupakan penahan panas pada ruang tekanan. 

Selain itu ada dugaan bahwa kapal Nanggala-402 mempunyai sebuah tombol darurat untuk bisa menaikkan kapal ke permukaan, tetapi lain hal, ada teknis yang tidak dapat dilakukan dikarenakan terjadi tumpahan minyak yang ditemukan oleh tim yang mencari kapal Nanggala-405. Maka dari itu, penyebab tenggelamnya yaitu faktor alam, yaitu terjebak pada arus kedalaman 600 meter serta membuat kapal tersebut pecah serta menyebabkan tangki kapal Nanggala-402 patah menjadi 3 bagian.

kejadian risiko pada kapal Nanggala-405 ini seharusnya bisa menerapkan manajemen risiko yang baik, dimana perlunya menetapkan konteks eksternal dan internal, konteks internal seperti halnya persiapan, strategi, prosedur maintanance yang baik, serta kesiapan akan pemahaman tentang sumber daya seperti awak kapal dan waktu yang dilakukan oleh TNI AL RI. dalam hal ini, perlunya ada konteks eksternal untuk memastikan bahwa tujuan dari kapal Nanggala-405 ini agar sesuai dengan kepentingan-kepentingan eksternal.

untuk itu TNI AL bisa menerapkan kriteria risiko untuk masa depan terkhususnya misi yang dilakukan agar tidak terjadi hal seperti ini lagi. seperti sifat, jenis sebab dan akibat bisa lebih dikaji dalam serta bagaimana mungkin kejadian seperti ini bisa diminimalizir. setelah itu, perlu adanya identifikasi risiko yang mungkin akan muncul dikemudian hari, dengan tujuan menghasilkan daftar lengkap dari peristiwa-peristiwa yang mungkin akan terjadi serta bisa di analisis kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. setelah itu bisa dilakukan evaluasi risiko dengan membandingkan risiko-risiko yang akan dihadapi oleh TNI AL khususnya dengan kapal selam. maka dari itu, hasil dari proses tersebut adalah perlakuan risiko agar bisa memitigasi dan meminimalisir serta sesuai dengan kriteria risiko yang sudah dihasilkan.

dalam hal ini, TNI AL RI bisa lebih mengkaji risiko lebih dalam dan membuat kapal selam di Indonesia menjadi lebih baik kedepannya.  

Sumber referensi:

kompas.tv

tribunnews           

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun