Mohon tunggu...
Indra Suhu
Indra Suhu Mohon Tunggu... Putra Pamanukan -

Menuang Keresahan Dalam Sebuah Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Risiko Berbisnis "Handphone Second"

17 Desember 2017   15:00 Diperbarui: 17 Desember 2017   20:05 2926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktifitas Di Counter Handphone

Dulu ketika masih zaman telepon duduk, yang mampu memasang telepon di rumahnya hanya dari kalangan menengah ke atas, jarang sekali orang-orang dari kalangan menengah ke bawah yang memilikinya. Begitu juga Handphone (HP), pada awal kemunculannya merupakan benda eksklusif. Jika ada orang yang memegang HP kesannya wahh... bisa dipastikan dia adalah orang kaya.

Zaman sekarang HP sudah menjadi kebutuhan publik, hampir setiap orang memiliki alat komunikasi tersebut. Mulai dari remaja sampai orang tua, bahkan anak-anak yang masih di bawah umur sampai balita sudah mengenal HP. Jenis HP pun beragam, mulai dari HP reguler sampai dengan smartphone yang multifungsi.

Anak Saya sendiri yang saat ini berusia lima tahun hingga sekarang sudah habis empat buah tablet buatan China untuk main games, habis karena rusak akibat dibanting kalau lagi ngadat, hadewwww...!

Bicara HP tentu tak lepas dari pulsa. Kini pulsa telah menjadi kebutuhan pokok berikutnya setelah sandang, pangan dan papan. Selain pulsa bermunculan juga macam-macam aplikasi Smartphone dan aksesorisnya dengan aneka fungsi dan variasi, melengkapi hingar bingar dunia gadget. Inikah yang disebut zaman modern ?

Seiring dengan kondisi di atas, counter-counter HP kian bertumbuh dan menjamur di pinggir jalan. Mulai dari toko-toko besar yang menjual HP baru, tentu dengan modal yang besar, sampai kios-kios kecil, biasanya menerima jual beli HP second, dengan modal pas-pasan. Geliat bisnis HP dan pernak perniknya semakin bergairah.

Namun bisnis apapun selalu saja ada resikonya. Begitu juga bisnis jual beli HP second. Saya punya banyak kawan yang mencoba peruntungannya di bisnis ini, tak ketinggalan aksesorisnya serta menerima servis HP rusak. Salah satunya adalah Nano, dia menjalankan bisnisnya dengan modal patungan bersama Pudin, kawan saya juga. Bisnis yang dirintis mereka berdua sudah cukup lama, sekitar tujuh tahunan.

Simpati Cell nama counternya, Saya sering main ke counter itu. Lokasinya strategis di pinggir jalan, dekat dengan pasar tradisonal Pamanukan. Mereka menjaga counter secara bergiliran, mulai sekitar pukul 08.00WIB sampai tengah malam. Aktifitas di daerah tersebut memang tak pernah mati, 24 jam sehari. Saya ke sana untuk sekedar ngopi dan ngobrol ngalor ngidul sambil lihat-lihat barang kali ada HP second yang masih bagus dengan fitur-fitur terbaru. Karena seringnya nongkrong di situ, Saya jadi hafal betul bagaimana suka duka berbisnis HP second.

Jual beli HP second memang menguntungkan, namun juga resikonya tinggi. Seorang pebisnis HP second harus memiliki pengalaman sebelum betul-betul terjun di bisnis ini. Jika Ada yang menjual barang, harus ekstra teliti memeriksanya, mulai dari bodi hingga software harus benar-benar detail diperiksa. Setelah itu barulah bisa ditaksir harganya. 

Nano sendiri yang sudah lama malang melintang di bisnis ini masih sering mengalami kerugian akibat kurang teliti pada waktu memeriksa barang yang dibeli. Hal ini terjadi karena pada HP yang sudah dibeli ternyata ada sesuatu yang rusak atau tidak berfungsi sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum dijual kembali. Kadang-kadang biaya perbaikan justru tidak sebanding dengan harga jual HP. Akibatnya Nano mengalami kerugian.

Resiko lain yang kerap dialami Nano CS adalah "ketiban sial" manakala ada yang menjual HP hasil curian, lalu penjualnya tertangkap Polisi, otomatis barangnya disita. Masih mending kalau hanya disita, mereka harus berurusan dengan Polisi karena dianggap sebagai penadah. Padahal mereka tidak tahu kalau barang tersebut hasil curian.

Nano sering mengalami hal serupa itu. Sekali lagi Saya menyebutnya "ketiban sial" karena kerugian yang dialaminya menjadi dobel, seperti pepatah mengatakan : "sudah jatuh tertimpa tangga". Pertama HP disita, kedua berurusan dengan Polisi yang menyita waktu dan menguras mental, ketar-ketir jadinya. Nano sebetulnya tidak pernah mau membeli barang hasil curian, tapi apakah pantas jika ada yang mau menjual HP second ditanya dulu ini dan itu terkait bukti kepemilikannya ? Bisa-bisa dijotos orang !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun