Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Orang Suci

16 November 2021   11:10 Diperbarui: 16 November 2021   11:19 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang lelaki sedang membaca buku. (Foto StockSnap Via Pixabay)

Mentari membakar debu-debu terhempas angin. Hiruk-pikuk pasar Angkasa mulai ramai. Pedagang kembali bergairah. Dan pembeli datang silih berganti. Di kedai nasi beratap terpal, seorang lelaki sedang sibuk menikmati makan siang. 

Mulutnya menguyah cepat. Kedua mata, menatap curiga pada seekor kucing, dan burung gagak. Karena, siapa pun tak boleh merebut makanan itu darinya. Bahkan, seekor lalat takkan menemukan sebutir nasi sisa di bekas piringnya. 

Lelaki itu bernama Arjuna. Ia hanya mau dipanggil Juna. Di pasar ini, kami mengenalnya sebagai kuli angkut barang. Meski pun penampilannya lebih mirip salesman. Rambut disisir rapi. Dan baju di masukkan ke dalam celana. 

Pertama kali aku mengenalnya, jelas aku menjaga jarak. Karena saat kusapa, ia tak pernah menjawab. Orang-orang bahkan menyilang jari di kening, bila melirik ke arahnya. "Hati-hati, Mas!" ucap mereka. 

Dan yang menyebalkan, ia menatapku curiga saat antri membayar. Matanya menyorot tajam, sembari menggenggam dompetnya di saku celana belakang. "Kau pikir aku copet!" 

Berbeda bila SPG rokok yang datang, ia terlihat salah tingkah. Merapikan rambut atau berteriak memesan kopi. Matanya melirik kanan kiri. Kadang tersenyum, dan kadang bersikap dingin, seolah mencari perhatian dan ingin dihampiri. 

Namun ada hal yang membuatku terkesan. Arjuna tak pernah mencatat kasbon. Ia tak pernah berhutang, lazimnya orang-orang di wilayah ini. Para pekerja informal tak kenal tanggal muda atau gajian. "Dapat uang, bayar. Belum dapat, ya mencatat." 

Suatu hari, Arjuna tampak mengobrol dengan seseorang di kedai. Mereka terlihat baik-baik saja. Hingga orang yang tadinya terlihat merengek padanya, tiba-tiba mengamuk dan histeris. 

Dia membalik meja dan memaki dengan kata-kata kasar. Namun Arjuna terlihat tenang-tenang saja. 

Hingga pemilik kedai menyeret orang tersebut keluar. Dan keadaan kembali tenang. Kuberanikan diri mengambil duduk di depannya. Kami pun mulai mengobrol meski terbata-bata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun