Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Tentang Patah Hati

3 November 2021   10:59 Diperbarui: 12 November 2021   22:02 1261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perempuan dengan gestur melamun (Gambar: Saydung89 Via Pixabay)

Orang-orang patah hati berjalan ke tepi pantai. Konon di lautan mereka dapat melarung segala kegelisahan. Tatkala senja mengecup permukaan. Mentari terbenam. Layaknya harapan yang harus menunggu pagi. 

Orang-orang patah hati mendaki ke puncak gunung. Dari ketinggian, mereka menjatuhkan janji-janji. Mengukir keresahan pada prasasti. Meratap. Dan menatap mentari ke mana pergi. 

Orang-orang patah hati bersembunyi di keramaian. Pada secawan anggur dan gelak tawa di malam buta. Mabuk cinta. Namun tersiksa. Menjilati segala kepedihan sampai tak bersisa. 

"Di manakah mimpi-mimpi indah itu bersemayam?"

"Di batas kesadaran? Ratapan atau air mata?" 

Kukira kau lautan. Ternyata kau langit. Dan aku menjadi biru tatkala kita berpisah. Kerinduanku pun memudar di malam pekat. Dan membuang harapan tentangmu ke dalam tong sampah. 

Bukankah kau selalu bilang, "Tak pernah ada kata terlambat untuk melangkah?"

Batam, 03 November 2021

Indra Rahadian

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun