Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Mimpi Gemala

19 Oktober 2021   15:43 Diperbarui: 19 Oktober 2021   15:45 921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang gadis kecil menatap kosong. (Foto: aamiraimer Via Pixabay)

"Aku mau bermimpi indah." Iapun terlelap, dibelai semilir angin. Dininabobokan decit lirih, dari atap seng yang bolong dimakan karat.  

Dunia hitam-putih di matanya. Tak ada yang dirisaukan, selain uang receh yang harus dibawa pulang untuk bapak. Masa kecil yang penuh ketidakberuntungan. 

Bermain atau bekerja apa bedanya? Menjual tisu, koran, mengumpulkan kemasan air mineral, ojek payung dan meminta-minta. Dipaksa dan terbiasa. 

Lelap. Hitam dan pekat. Gemala mengisi mimpi-mimpi tanpa harap. Tenang. Jiwa kecilnya butuh istirahat. 

Mimpi apa yang diharapkan dari seorang anak yang bernasib buruk sejak dalam kandungan. Barang-barang mahal atau liburan ke luar negeri? Makan tiga kali sehari saja sudah mewah. 

Mbok Jum tergesa-gesa membangunkan Gemala. Pagi hari belum tiba. Namun langit menyala berwarna merah. Api berkobar-kobar membakar pemukiman di seberang sana.

Hembusan angin membawa kepulan asap hitam menari-nari. Orang-orang berlarian menyelamatkan diri. Panik. Berteriak-teriak, "Kebakaran!" 

"Kamu ikut Mbok. Cepat atau lambat, api itu akan menjalar ke tempat ini." Pelukan erat Mbok Jum menenangkan Gemala yang dicekam ketakutan. Rasa peduli. Hal yang tidak pernah didapatkannya, selain dari nenek tua itu. 

Figur bapak sudah lama mati, setelah ibunya dibawa pergi orang lain. Mencari kebahagiaannya sendiri. Dan melupakan masa suram di antara bedeng-bedeng karatan. 

"Kita mau kemana, Mbok?" 

"Kemanapun kita bisa hidup, Gemala." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun