Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mempertahankan Pancasila, Seberapa Tangguh Dirimu?

1 Juni 2021   19:07 Diperbarui: 1 Juni 2021   19:15 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (foto: Iqbalnuril via Pixabay)

Kadang, orang terlalu melangit bicara soal kehidupan bernegara dan cara mengamalkan Pancasila. Sampai lupa, bahwa semua harus dimulai dari rumah dan kehidupan bertetangga. Sesuatu yang besar, dimulai dari langkah-langkah kecil. 

Dimulai dari menjaga keharmonisan dan tenggang rasa dalam bertetangga. Hidup berdampingan dengan damai dalam masyarakat yang majemuk, membuktikan bahwa Pancasila masih relevan dalam sendi kehidupan bangsa Indonesia.

Suatu ketika, saya pernah menegur tetangga yang membiarkan anaknya yang masih dibawah umur untuk mengendarai sepeda motor. "Hei, kasih ijin anakmu pakai motor itu sama halnya kasih pistol. Dia bisa bikin celaka orang lain dan dirinya sendiri, loh." 

Bayangkan jika saya mengucapkan teguran itu dengan nada memaki, marah, dan disertai umpatan. Tentu saja akan terjadi keributan, bahkan perkelahian. Namun, bila diucapkan dengan santai dan niat saling menjaga. Tentu, akan diterima dengan hati terbuka. Minimal didengarkan dengan baik. 

Bukan masalah apa yang kita sampaikan, tetapi bagaimana sikap dan cara penyampaian. Sejauh mana penerimaan akan perbedaan, dan sejauh mana kita saling menghormati. Maka masalah apapun, akan dapat diatasi dengan baik. 

Tidak semua orangtua sadar akan bahaya dari perilaku yang dianggap "biasa," dapat berakibat kurang baik bagi anak-anak. Sama halnya dengan menilai pendidikan kewarganegaraan, bukan sekedar soal hafalan sila semata. Lebih parah, banyak orangtua yang bahkan tidak peduli tingkat pengetahuan anak-anak tentang Pancasila. Terlalu!

Bila kita termasuk orangtua yang bangga dengan hafalan Pancasila anak-anak kita. Maka rasa kebanggaan anak-anak kita pun, harus tumbuh dengan perilaku orangtua di lingkungan terdekat. Dengan demikian, nilai-nilai sila yang dihafal akan menemukan teladan.

Dapat dibayangkan, saat anak-anak mengisi soal ujian kewarganegaraan. Misalkan dengan pertanyaan, Sebutkan contoh kerukunan beragama sesuai nilai-nilai Pancasila? 

Belum sempat ia mengisi, ia melihat ayahnya mengikuti demo menolak pembangunan rumah ibadah. Padahal, banyak tetangganya akan beribadah di sana dan prosedur hukum telah dilalui.

Hal itupun menempatkan sang anak dalam dilema. Teks dari buku mata pelajaran yang ia terima, tidak sesuai dengan kenyataan yang dialami. 

Bila tindakan seperti contoh di atas sangat jauh dari keseharian kita. Kemudian, cukup tangguhkah kita menolak pengaruh narasi kebencian dari pihak-pihak tertentu? Dan cukup tangguhkah kita menerima perbedaan di sekitar kita, tanpa harus memandang suku, ras dan agama? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun