Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Balada Penulis Fiksi: Mencari Ilham? Ketuklah Pintu Rumahnya!

29 Mei 2021   11:28 Diperbarui: 31 Mei 2021   15:01 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto by StockSnap Via Pixabay

Dengan begitu, akan lebih fokus meniti benang merah dari sebuah kisah yang diceritakan oleh lawan bicara. Memang beberapa cerpen yang saya tayangkan di Kompasiana terinspirasi dari kisah nyata. 

Mengasah Empati

"Jangan pernah memaksa orang memakai kacamata kuda," Itulah salah satu kata bijak yang pernah saya dengar di kedai kopi. 

Dalam menulis, tentu perasaan ingin terlibat di dalam cerita merupakan dorongan yang kuat. Namun, tentunya hal itu harus memiliki keterkaitan dan sentuhan emosional. Dalam tahap ini, saya harus banyak belajar dari jawara senior rubrik fiksi, Zaldy Chan. 

Sementara belum tercapai, saya mengambil cara untuk membuat formula menulis cerita berdasarkan ilmu yang saya dapat, saat ngopi bareng jawara rubrik Humaniora, Bang Fauji Yamin. Teknik reportase yang sederhana, tetapi efektif. 

Singkatnya begini, "dalam merekam sebuah peristiwa, usahakan untuk terlibat lebih intim dengan narasumber." Dalam konteks menulis cerita fiksi, tentu harus melibatkan empati agar dapat mengambil sisi emosional dari kisah-kisah yang kita dengarkan. 

Terlepas dari berbagai macam cara mengolah rasa. Seberapa besarnya ilham atau inspirasi yang kita terima dan do'a yang kita panjatkan, mengolah rasa menjadi karya tetaplah membutuhkan teknik dan ilmu. 

Dan semua itu tidak gratis. Bahkan kita harus mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk melahapnya. Tak perlu bicara soal materi itu sudah tentu, pengetahuan dan keterampilan tak melulu diukur berdasarkan bilangan angka. Bukankah berselancar di internet pun makan kuota. 

Menulis fiksi di Kompasiana memang pilihan bagus. Namun, tak ada salahnya untuk mengikuti kelas menulis, komunitas atau diskusi dengan pakar kepenulisan, bukan? Aih, kapan kita ngopi lagi, Pak Katedra?

Semoga dengan begitu, sebuah "karya" dapat diakui sebagai karya oleh pembaca, dan tak hanya pengakuan yang singgah dalam benak pribadi semata. 

Indra Rahadian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun