Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Sore Itu, di Lembah Anai

22 Mei 2021   14:54 Diperbarui: 24 Mei 2021   20:00 1215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sore Itu Di Lembah Anai /Foto: Maskathrynne Via Pixabay.

Kau bisa saja kehilangan apapun dalam hidupmu, tetapi kau tak boleh kehilangan harapan dalam hatimu.

Hari-hari menjelang bulan Mei berakhir. Tepat lima belas tahun lalu, terakhir kali kami bertemu. Dan hari ini, kami kembali dipertemukan dalam kepingan-kepingan waktu. Hari di mana semua kisah tentangnya, hampir terlupakan. 

Kemilau mentari di sore ini, tak seperti lima belas tahun lalu. Kala sinar keemasan menyelimuti, dan menyeret senja di belakang rambut panjang yang hitam terurai. Hingga segaris senyuman di paras cantik itu, mengalihkan pandanganku dari keindahan lembah Anai.

Namun, ternyata senyuman itu masih sama. Kehangatan yang menyentuh relung hati dan jiwaku. Aku masih merasakan getaran yang sama. Akan tetapi, bolehkah aku mengulang kisah yang sama? Ah, aku tak begitu yakin tentang hal itu. Biarlah bergulir kemanapun arahnya. 

Rina tersenyum di hadapanku. Dan aku tak kuasa menatapnya berlama-lama. Ia masih saja sanggup, membuatku malu seperti anak kecil yang malu-malu bernyanyi di depan kelas. Ia masih saja sanggup, membenamkan nyali setiap lelaki seperti aku ke dalam laci lemari. 

"Kamu tak jauh berubah, Edo." 

Suara itu menusuk jauh ke dalam dada. Entah, aku tak bisa menjawabnya. Bibir ini hanya terdiam. Aku hanya bisa membalas dengan senyuman. Ia tepat berada di depanku kini. Tanpa jemari yang saling menggenggam, membuatku membeku dalam lamunan. 

Tanah Datar, Mei 2006. 

Kami merayakan kelulusan, dengan berkunjung ke Lembah Anai. Bersama kawan-kawan, menikmati masa-masa terakhir kami sebelum perpisahan sekolah.

Banyak di antara mereka akan melanjutkan pendidikan ke ibu kota. Sedangkan aku memilih mengambil kursus keterampilan menjahit di kota Padang, sebagai bekal merantau nanti ke kota besar. 

Sepanjang hari, kami bersenandung dan bermandikan rasa haru. Hingga suatu sore, kami berpisah. Dan aku masih mau menikmati Lembah Anai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun