Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Gembala Sapi

15 April 2021   10:35 Diperbarui: 15 April 2021   10:36 2832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Si Gembala Sapi (Foto: Free-Photos Via Pixabay)

Tiba di rumah, istri sang gembala berkata, "suamiku, apakah lusa kita kembali ke kota? aku sudah betah tinggal di desa, dan anak-anak kitapun demikian. Hidup begitu sederhana di sini. Tak inginkah kita tetap di sini?" 

Gembala duduk dan mengambil teh hangat yang disediakan sang istri. Ia menarik nafas panjang dan berkata, "akupun ingin tetap di sini. Namun ribuan pegawai kita di kota, butuh tanggung jawabku. Kita harus kembali dan menjalankan usaha. Bukan untuk kepentingan kita. Bisnis itu besar, karena do'a dari anak istri para pegawai."

Sehari sebelum keluarga gembala pulang ke kota. Kenduri diadakan sebagai rasa terima kasih kepada warga desa. Seekor sapi disembelih untuk dinikmati para tetangga. 

Empat ekor sapi, dihadiahkan kepada empat orang warga desa. Warga yang ditemui gembala, di hari terakhir memberi makan sapi di atas bukit. 

Warga tersebut adalah, seorang anak kecil dan ibunya yang janda, nenek tua dan kakek tua, serta seorang bapak paruh baya. 

Sepuluh tahun berlalu, keluarga gembala kembali ke desa untuk berlibur. Kali ini ia tidak membawa sapi. Gembala berjalan ke atas bukit dan menyempatkan mandi di sungai. 

Pulang dari sungai, ia terkejut dengan kemajuan desa. Ada kedai sate kambing, toko susu dan toko sayuran organik yang terlihat ramai pembeli. Selain jalan tanah berbatu, yang saat ini dilapisi aspal. 

Tibalah ia di gubuk reyot tak berpenghuni. Ia ingat, rumah itu adalah milik bapak paruh baya yang dihadiahkan sapi. Kemudian, ia bertanya pada warga sekitar. Ternyata, bapak paruh baya sudah tinggal di panti jompo.

Sepuluh tahun lalu, ia menjual sapi dan hasil penjualan digunakan hanya untuk makan sehari-hari. Akhirnya, warga desa tetap memberikan bantuan. Karena bapak tua semakin renta dan kesulitan, warga desa menitipkannya di panti. 

"Ah, sayang sekali. Harusnya aku memberikan beliau pekerjaan."

Gembala lebih terkejut saat pulang ke rumah. Sang istri menyediakan satu porsi sate kambing, satu teko susu sapi dan hidangan sayur mayur menggugah selera. 

"Istriku, baru hari pertama liburan. Jangan terlalu boros," ucap Gembala. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun