SORE di Sei Jodoh, suara pengamen terdengar parau di sebuah kedai kopi. Lagu sendu yang dinyanyikan, dihayati penuh perasaan. Latar anak-anak kecil kumal, bermain di emperan toko. Orang tuanya, entah kemana.
Anak-anak yang katanya harapan bangsa, bermain dengan riang di tempat yang tak seharusnya. Akankah saat dewasa dan pintar, mereka menggugat orang tuanya ke pengadilan.
Bagaimana dengan anak-anak yang ditelantarkan, atau di titip pada panti asuhan. Padahal, mereka memiliki orang tua yang lengkap.
"Bikinnya gampang, ngurusin susah. Masih kecil udah nyusahin, apalagi kalau udah gede."
Kutipan di atas, contoh ucapan orang tua yang harus dibuang pada tong sampah.
Program KB dan Keluarga Sejahtera, sepertinya harus digaungkan kembali. Pada telinga calon orang tua yang hanya berpikir "anak punya rejeki masing-masing" tanpa berusaha memenuhi kebutuhan mereka.
Sementara di luar sana, jutaan pasangan dengan sabar menanti kehadiran buah hati. Beruntunglah anak-anak, yang dibesarkan dengan penuh kasih sayang.
Faktor ekonomi, menjadi dalih atas kisruh urusan keluarga. Termasuk, dalam hal mendidik anak. Toleransi, moral dan etika.
Pendidikan di sekolah, dapat menjadi solusi. Namun, tak sedikit "kepala batu" pelaku pendidikan yang overlap.
Fenomena anak gugat orang tua kandung
Mata Lae Purba berbinar, saat menerima telepon dari anak sulung yang bekerja sebagai kelasi di kapal tanker. Penuh rasa bangga, ia bercerita kisahnya mendidik anak hingga sukses.