Cheetah pun ketakutan dibuatnya, ia bertanya pada Etan yang ada diatas kepalanya," apa gerangan yang terjadi, hai Etan?."
"Itu adalah ulah pelindungku, mereka yang berniat menyerahkan aku pada penguasa hutan akan ditembak sampai mati," ujar Etan meyakinkan cheetah.
Cheetah pun percaya akan hal itu, ia meminta Etan turun dari kepalanya dan segera meminta pelindung yang diceritakan Etan, agar tidak menembak dirinya.
Etan akhirnya turun tergesa-gesa, dengan ruas kaki yang cukup banyak ia terlihat berlari, meninggalkan cheetah yang semakin pelan dan berhati-hati.
Hingga Etan tiba ditepi hutan, hewan-hewan yang mengira Etan tengah memenangkan lomba lari pun meneriakkan nama Etan.
"Hidup Etan si Kaki Seribu!" Seru hewan-hewan didalam hutan.
Etan dengan penuh rasa bangga, segera berlari sekencang-kencangnya dan bersembunyi, takut jika sewaktu-waktu cheetah menyadari bahwa ia telah termakan tipu daya.
Sejak saat itu, Etan mendapatkan julukan "si kaki seribu" dan hidup nyaman tanpa gangguan siapapun ditempatnya saat ini, hutan tirai bambu.
Kabar burung berhembus setelah pelarian Etan si kaki seribu, bahwa cheetah pun sudah tewas tertembak tak lama setelah ia berhasil melarikan diri.
Dan ternyata, sosok dibalik aksi penembakan tersebut bukanlah pemburu, namun beruang gembul yang selalu tersenyum yakni sang penguasa hutan, entah apa maksud dan tujuannya melakukan tindakan keji tersebut.
"Begitulah ceritanya, cucu-cucu kesayanganku," ucap Etan mengakhiri ceritanya.