"Itu beberapa hari yang lalu, sekarang sudah tidak ada makanan". Jawab lale seraya mengusapkan kaki depan pada sungutnya.
"Ada apa rupanya lale?". Tanya lalat besar.
Lale menghentikan aktivitas makan sejenak, sambil lebih mendekat pada lalat besar dia pun mulai bercerita.
"Karena manusia sudah merubah tempat sampahnya, dibuatnya tong sampah dengan tutup yang rapat, saat manusia lain membawa sampah tersebut kedalam truk, banyak saudara-saudaraku ikut dengan mereka".
"Tak adakah sisa sampah didalam tong itu," potong lalat besar.
"Tidak ada sama sekali, mereka membungkus sampah dengan plastik sebelum membuangnya," jawab Lale.
Seperti tak yakin pada jawaban lale, lalat besar kembali bertanya. "Bukankah saluran air yang dibuat manusia masih banyak makanan?".
Lale kemudian melanjutkan ceritanya, dengan kaki belakangnya masih terus menempel-nempel mengais makanan sisa.
"Tidak ada juga, mereka membersihkan saluran air dan got, malah dua hari yang lalu saudara-saudaraku banyak tewas terkena asap beracun yang disemprotkan manusia untuk mengusir nyamuk," ucap Lale.
"Aku dan saudara-saudaraku yang masih bertahan, akhirnya berpencar, mencari makan ke manapun sayap kami sanggup terbang, nasib baik tidak bertemu katak," keluhnya mengakhiri ceritanya.
"Oh ya darimana kau berasal hai lalat besar?". Tanya lale yang tak ingin mengingat saudara-saudaranya yang sudah tewas.
****