Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Cermin Retak" Rasmus Paludan

30 Agustus 2020   01:21 Diperbarui: 30 Agustus 2020   01:44 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Aksi protes atas pembakaran Alquran berubah menjadi kerusuhan di Malmo, Swedia (28/8). Aksi protes tersebut dipicu sebuah provokasi apik yang dijalankan atas dasar kebebasan berpendapat disertai tindakan konyol dan tidak bermartabat.

Sebuah tragedi yang menggambarkan bagaimana kebebasan berpendapat tidak dilaksanakan dengan bijak dan bajik, seolah membenarkan bentuk-bentuk anarkis dan satir yang kelewat batas serta tidak dapat diterima akal sehat.

Adalah Rasmus Paludan yang akan menjadi ikon masa kegelapan Eropa, dimulai dari negara bernama Denmark menyusup ke Swedia dan entah negara Eropa mana lagi yang akan tertular, dia bertindak gagah berani sebagai martir aksi rasial dan tindakan bar-bar, yang meskipun dipicu sebuah keresahan yang logis, tetap tidak memiliki dasar untuk sebuah tindakan yang melunturkan ke-intelektual-an bangsa Eropa dalam catatan sejarah.

Kampanye anti-imigran terhadap etnis pendatang dari Afrika, timur tengah dan negara konflik dengan mayoritas pemeluk Islam di Eropa, dikait-kaitkan dengan agama Islam hingga menjurus pada label anti-Islam, merupakan cara pandang yang jauh dari kata beradab, sementara tidak ada agama apapun, terlebih Islam yang mengajarkan tentang apa yang Rasmus Paludan resahkan.

Ulah Rasmus Paludan ini bukan yang pertama kali atau bahkan akan jadi yang terakhir kali, bersama organisasi starm krusnya dia terlibat serangkaian aksi dan pandangan rasis terhadap imigran Muslim di Denmark dan Eropa, disertai pelecehan etnis serta pembakaran Alquran sepanjang tahun 2019 sampai sekarang.

Entah bagaimana pemikiran dan tindakan yang sejalan dengan brutalitasm Adolf Hitler namun dengan objek yang berbeda, dapat hidup dan berkembang ditengah masyarakat Eropa yang katanya humanis dan terdepan dalam peradaban. Ironi atau sebuah manifestasi budaya asli mereka?.

Terlepas dari latar belakang seorang Rasmus yang dapat ditemukan dengan mudah di mesin pencarian google, tindakannya saat ini adalah sebuah sinyal bahaya bagi Eropa, yang lambat laun akan membangkitkan ingatan dunia, bahwa Eropa adalah ras yang secara alamiah bertindak sebagai penjajah, kolonial, feodal dan bar-bar, lalu dikesankan belakangan sebagai bangsa yang paling beradab.

"Karena nila setitik, rusak susu sebelanga".

Bangsa Eropa khususnya Denmark harus berani memotong kanker ganas bernama Rasmus Paludan dan jaringannya, sebelum aksi-aksi kebebasan berpendapat yang jauh lebih bebas dari kasus Malmo semakin parah dan akut.

Sebelum Aksi provokatif, berbalas aksi provokatif lainnya, dan seterusnya sampai tidak ada jarak antara salah dan benar, sebab dan akibat.

Semoga bangsa ini bercermin dari kekonyolan seorang Rasmus, jangan sampai muncul Rasmus-Rasmus dalam versi yang berbeda dinegara kita, memicu kebencian dengan atas nama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun