Mohon tunggu...
Galih Prasetyo
Galih Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - pembaca

literasi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mengkhawatirkannya Italia Jelang Euro 2020

12 Oktober 2018   09:56 Diperbarui: 12 Oktober 2018   10:24 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas Italia vs Ukraina | gettyimages

Ada apa dengan Italia? Kondisinya ini patut dipertanyakan kepada tim yang telah mengoleksi 4 gelar Piala Dunia jelang Euro 2020. Permainan Italia di UEFA Nations League begitu amburadul.

Dari data soccerway.com, tim besutan Roberto Mancini ini yang awalnya di UEFA Nations League A harus bersiap tampil di UEFA Nations League B jika tak memperbaiki penampilannya. Pasalnya di dua laga sebelumnya, Italia tunjukkan permainan tak bagus.

Melawan Polandia pada 08/09/18, Italia hanya mampu bermain imbang 1-1, itupun Italia dikatakan beruntung karena gol penyeimbang dicetak lewat titik putik oleh Jorginho pada menit ke-78 setelah sebelumnya tertinggal lewat gol Piotr Zielinski.

Hasil ini menurut catatan detik.com mengulang rekor buruk Italia 93 tahun silam. Ini adalah kali pertama Italia gagal memenangi liga partai kandang beruntun sejak Maret 1923-Januari 1925 silam.

Selanjtunya melawan Portugal di Lisbon pada 11/09/18, turun dengan formasi berbeda saat melawan Polandia, Italia lagi-lagi tunjukkan perfomance minor. Gol tunggal dari eks pemain AC Milan, Andre Silva menutup laga ini untuk kemenangan tim tuan rumah.

Dua laga tersebut sepertiny belum mampu memperbaiki mental skuat Italia. Buktinya di laga persahabatan FIFA melawan Ukraina, kemarin 11/10/18), Italia kembali tak mampu meraih kemenangan. Sempat unggul lewat gol pemain Juventus. Fernando Bernardeschi pada menit ke-55, Italia kebobolan pada menit ke-62 lewat gol Ruslan Malinovskiy.

Hasil ini pun memperpanjang rekor tak mampu meraih kemenangan Italia di 5 laga terakhir mereka. Italia terakhir meraih kemenangan pada 29 Mei 2018 saat melawan tim sekelas Arab Saudi, itupun dengan skor tipis 2-1. Kondisi ini tentu saja membuat panik publik sepakbola Italia.

Apalagi publik sepakbola Italia masih terpukul akibat tak mampunya tim mereka bermain di ajang Piala Dunia 2018 dan melihat perfomance Italia di 5 laga terakhir ini memunculkan kekhawatiran baru bahwa tim Azzurri bisa saja kembali absen di ajang Euro 2020.

Apa yang salah sebenarnya dari perfomance Italia? Apakah perasaan belum move on dari Piala Dunia 2018 masih menghinggapi para penggawa Italia? Atau ada kekeliruan dari Roberto Mancini sebagai pelatih?

Jika melihat perfomance Italia di 5 laga terakhir, ada dua faktor yang membuat Italia meraih hasil minor. Faktor pertama, Roberto Mancini belum memiliki formula baku untuk taktik di tiap pertandingan.

Roberto Mancini acapkali mengubah-ubah formasi yang ia gunakan. Melawan Prancis , Mancini terapkan formasi menyerang 4-3-3 dengan menempatkan Balotelli sebagai ujung tombak dengan ditopang dua winger, Berardi dan Federico Chiesa. Hasilnya minor, Italia dibantai 1-3. Lini tengah Italia menjadi sorotan saat laga itu. Rolando Mandragora dan Jorginho dianggap lalai menjaga kedalaman lini tengah.

Formasi sejenis kembali diterapkan Mancini saat menjamu Belanda. Bedanya dua winger sedikit ditarik ke belakang menyisakan striker Torino, Andrea Belotti sendirian. Mancini berharap sedikit menarik ke belakang dua wingernya, Verdi dan Insigne bisa menjaga kedalaman lini tengah yang jadi masalah saat melawan Prancis.

Namun hal itu berdampak pada ketajaman di lini depan. Belotti seperti kesulitan untuk menembus lini belakang Belanda yang pada laga itu menurunkan formasi 5-3-2. Italia pun harus puas meraih skor imbang 1-1, gol Italia dicetak oleh pengganti Belotti, Simone Zaza.

Mancini baru mengubah formasinya saat melawan Portugal. Ia memainkan formasi klasik, 4-4-2 dengan duet Zaza dan Immobile di lini depan. Menempatkan 4 gelandang di lini tengah menjadi solusi menurut Mancini untuk meredam agresifitas gelandang Portugal. Taktik ini gagal setelah Andre Silva pada menit ke-48 merobek gawang mantan rekannya di AC Milan, Gianluigi Donnarumma.

Lantas di pertandingan melawan Polandia, Mancini kembali menurunkan formasi seperti pada laga melawan Prancis. Untuk menjaga kedalaman lini tengah, Mancini menempatkan pemain muda Inter Milan, Roberto Gagliardini. Pemain berusia 24 tahun ini cukup bermain apik menjaga stabilitas lini tengah Italia. Sayang Italia hanya mampu bermain imbang 1-1 dengan Polandia.

Wajar memang jika Mancini masih mencari formasi yang tepat untuk Italia. Ia masih harus beradaptasi lagi dengan karakter pemain Italia yang bermain di Serie A, kompetisi yang sudah sangat lama ia tinggalkan setelah merantau di sejumlah kompetisi di Eropa. Adaptasi ini yang sepertinya tak berhasil dijalankan secara cepat oleh Mancini.

Faktor kedua yang membuat Italia sangat turun perfomancenya dan cukup mengkhawatirkan karena Mancini tak mau melihat permasalahan utama skuat Italai utamnya di lini belakang yang sudah setahun lalu mendapat kritik dari banyak pihak.

Dua bek senior, Bonucci dan Chiellini yang masih dipercaya oleh Mancini layak untuk dikritisi. Bonucci, yang memulai debut sejak 2010, beberapa kali menunjukkan bahwa kemampuannya sudah begitu menurun.

Masalah Bonucci dan Chiellini pada 5 pertandingan Italia terakhir terletak pada keputusan mereka yang jauh menurun. Ditambah Kecepatan dan indisplinernya keduanya juga jadi masalah, Chiellini buktinya pada laga melawan Polandia sejak menit ke-9 sudah mendapat kartu kuning.

Ditambah beberapa kali Chiellini acapkali naik ke depan untuk membantu serangan. Kondisi ini membuat dirinya berbenturan dengan Biraghi seperti di laga melawan Ukraina misalnya. Mancini sebenarnya sudah mencoba untuk mengganti dua bek senior tersebut, hal itu terlihat di laga melawan Portugal dan Belanda. Sayang duet Rugani dengan Romagnoli belum memuaskan.

Memang tak mudah bagi seorang Mancini untuk bisa merombak tim yang secara mental dan kepercayaan diri masih berada di level menengah untuk kembali bangkit. Rentang waktu setahun lebih ini tentu bisa dimaksimalkan oleh Mancini untuk memperbaiki segala macam kekurangan Italia agar bisa tampil di ajang Euro 2020.

Setidaknya Mancini bersyukur bahwa FIGC bukanlah PSSI yang bisa semaunya tiba-tiba mengganti pelatih Timnas hanya karena rangkaian buruk di sejumlah pertandingan, lalu kemudian menunjuk pelatih anyar beberapa bulan jelang kompetisi di mulai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun