Mohon tunggu...
Galih Prasetyo
Galih Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - pembaca

literasi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Usai Klopp Berlanjut ke Tuchel, Mari Bersiap Menyambut Julian Nagelsmann

6 Oktober 2018   17:25 Diperbarui: 6 Oktober 2018   17:30 1626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Julian Nagelsmann | sportsnet.ca

Jerman menjadi salah satu negara di Eropa yang sangat beruntung karena memiliki segudang pelatih berbakat berusia muda. Menjadi pelatih di negara yang memiliki kultur sepakbola profesional seperti Jerman tentu bukan perkara mudah.

Untuk menjaga kemurnian ras sepakbola mereka, Jerman memang membangun sepakbolanya tidak main-main. Pengelolaan secara berjenjang dan terarah, semua tim didorong untuk menjadi klub profesional yang mampu beradaptasi dengan iklim industri sepakbola.

Elemen yang ada di klub mulai dari pemain, suporter, manajemen, hingga pelatih memiliki standarisasi ketat. Bicara kepelatihan di Jerman, publik tentu tak asing lagi dengan nama-nama pelatih berbakat Jerman mulai dari Jrgen Klinsmann, Joachim Low, berlanjut ke Jurgen Klopp serta Thomas Tuchel, kini tongkat estafet berada di pelatih muda berbakat lainnya, Julian Nagelsmann.

Seperti tiga seniornya, Low, Klopp serta Tuchel, Nagelsmann merupakan pelatih yang memiliki latar belakang sebagai pemain biasa-biasa saja. Bahkan karier Nagelsmaan lebih parah dibanding Klopp atau Tuchel. Cedera lutut yang membekapnya saat masih bermain di level U-19 membuatnya harus gantung sepatu.

Berhenti dari sepakbola di usia yang masih sangat muda membuat Nagelsmann memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya. Ia lantas berkuliah mengambil jurusan Adminstrasi Bisnis sebelum akhirnya pindah jurusan Ilmu Olahraga pada semester 4. Pada level inilah yang membedakan banyak pelatih di negara berkembang seperti Indonesia misalnnya, bagi orang Jerman, gelar sarjana menjadi penunjang untuk dirinya menaiki level karier dan hidupnya.

Setelah memiliki gelar sarjana Ilmu Olahraga, Nagelsmann memutuskan untuk kembali ke klub lamanya, Augsburg yang saat itu tengah dilatih oleh Thomas Tuchel. Nagelsmann menjadi salah satu staff kepelatihan Tuchel cukup lama sebelum akhirnya memutuskan untuk melatih 1899 Hoffenheim, tim yang akhir pekan lalu hanya mampu dikalahkan oleh Manchesters City dengan skor tipis 1-2 di ajang Liga Champions.

Pengangkatan Nagelsmann pada 2016 lalu sendiri sempat membuat heboh publik sepakbola Jerman. Masih berusia muda, publik dan press setempat memandang keputusan manajemen klub hanyalah sekedar perjudian semata.

Nyatanya prediksi itu mampu dijawab Nagelsmann dengan bertahan hingga 3 musim dengan raihan terbilang cukup gemilang. "Ini adalah langkah berani kami untuk memberi orang muda kesempatan dan nyatanya itu tidak salah," kata Direktur Olahraga Hoffenheim, Alexander Rosen.

Pada musim 2017/18 dengan skuat seadanya mampu menduduki peringkat ketiga di akhir musim. Peringkat ketiga ini memperbaiki posisi mereka yang pada musim 2016/17 meraih peringkat ke-4. Prestasi di dua musim awal Nagelsmann ini tak lepas dari prinsip kepelatihannya yang mengkombinasikan prinsip ortodok kepelatihan soal displin dan pengembangan ilmu sepakbola yang ia dapat dari Tuchel, dimana Tuchel mendapatkan ilmunya dari Jurgen Klopp.

Maka tak mengherankan sebenarnya jika kita melihat laga Hoffenheim di laga melawan City tengah pekan lalu, kita seperti melihat sistem pressing yang acapkali di lakukan Klopp bersama Liverpool -- meski tak sempurna memang jika melihat hasil akhir.

Jika dibedah secara lebih teknis permainan, Nagelsmann memang memiliki ciri khas tersendiri dari taktik yang ia terapkan. Pria 31 tahun yang mengaku mengidolakan Pep Guaridola tersebut mendorong permainan yang lebih posisional dengan tidak terfokus pada bola-bola pendek namun mengoptimalkan sisi sayap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun