Mohon tunggu...
Galih Prasetyo
Galih Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - pembaca

literasi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Salah Kaprah Berujung Jejak Berdarah Persib vs Persija dan Solusi Penyelesaiannya

22 September 2018   18:14 Diperbarui: 23 September 2018   03:56 1219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suporter Sepakbola | kompas.com

Salah satu laga sengit di Liga Indonesia yang menarik perhatian banyak kalangan ialah Persija vs Persib. Esok, Minggu 23 September 2018 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api akan dipertandingkan laga kedua dalam lanjutan pekan 23 Liga 1 2018.

Seperti di laga-laga sebelumnya, selalu saja ada pematik yang membuat pertemuan Maung Bandung kontra Macan Kemayoran terasa panas. Perang urat saraf sangat terasa di dunia sosial media. Basis suporter kedua tim saling lempar hinaan dan kritikan.

Jauh sebelum sosial media menjadi bagian dari kehidupan suporter, pertemuan keduanya faktanya selalu hadirkan tensi tinggi. Pertemuan basis kedua suporter jika ditilik dari sejarahnya akan selalu berakhir dengan bentrok berdarah yang mengorbankan nyawa tak bersalah.  

Tak mengherankan jika kemudian banyak kalangan yang menyebut bahwa pertemuan kedua tim dijuluk sebagai El Clasico Liga Indonesia -- julukan yang mengacu pada sengit dan kerasnya pertandingan sepakbola yang mempertemukan dua klub musuh bebuyutan, julukan yang mengacu pada laga Real Madrid vs Barcelona --

Ada salah kaprah sebenarnya dari julukan tersebut, pasalnya jika bicara persaingan sengit antar dua musuh bebuyutan di Liga Indonesia, banyak laga dari era Galatama yang bisa dikatakan sebagai laga El Clasico di Liga Indonesia. Sepertinya misalnya laga PSMS Medan vs Persib Bandung.

Selain itu jika merujuk pada history laga-laga di dunia yang dijuluki sebagai laga 'El Clasico', kita akan menemukan akar masalah mengapa pada akhirnya laga itu sangat panas bahkan berakhir bentrok antar kedua suporter.

Mari kita lihat dari laga El Clasico, Real Madrid vs Barcelona. Pertemuan antar kedua tim kuat di La Liga ini bukan sekedar pertandingan olahraga. Pertemuan keduanya ialah pertemuan antar dua kubu berbeda ideologi.

Seperti yang kita tahu, Barcelona tak sekedar klub bagi orang Catalan, namun juga sebagai identitas, budaya, hingga alat perjuangan. Orang Catalan melihat Real Madrid ialah simbol dari keserakahan, penindasan, dan rezim otoriter. Real Madrid memang menjadi bagian tak terpisahkan dari rezim diktator, Jendral Franco.

Bahkan di La Liga musim 1942/43, kubu Barcelona merasakan perlakuan paling tak adil, mereka kalah telak 1-11. Dan penyebab sampai Barcelona kalah telak karena para pemainnya sengaja mengalah. Kok bisa?

Dinukil dari barcelonas.com, kala itu pemain Barcelona mendapat intimidasi dari sejumlah perwira militer untuk tidak memenangkan pertandingan. Itu bukan sekedar tuduhan karena salah satu perwira militer Jendral Franco mengakui adanya tindakan intimidasi tersebut.

Sebelum laga berlangsung, kepala keamanan nasional Jenderal Franco mendatangi ruang ganti Barcelona. Skuat Barcelona diminta untuk mengalah, alasannya jika sampai tidak mengalah hal itu dianggap sebagai penghinaan kepada pemerintah Franco.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun