Mohon tunggu...
Galih Prasetyo
Galih Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - pembaca

literasi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bukan Kejutan, Fachri Husaini Memang Berkualitas

21 September 2018   19:44 Diperbarui: 21 September 2018   19:58 1136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fachry Husaini | bisnis.com

Kemenangan 2-0 ditorehkan skuat Garuda Muda di laga pertama Grup C Piala AFC U-16 melawan Iran. Bermain di Stadion Nasional Bukit Jalil, Malaysia sejak babak pertama, tim besutan Fachry Husaini ini langsung berinisiatif lancarkan serangan.

Skema seragan Timnas U-16 dibangun mengandalkan pergerakan impresif dari dua pemain sayap mereka, Supriadi dan Amanar Abdillah. Skema ini berjalan brilian, pada menit ke-4, pergerakan dari Supriadi pada sisi kanan sukses membongkar pertahanan Iran.

Umpan matang Supriadi sukses dikonversi menjadi gol oleh Bagus Kahfi yang berdiri bebas tanpa pengawalan ketat bek Iran. 1-0 Indonesia langsung unggul. Ketinggalan 0-1, Iran langsung bereaksi. Sejumlah serangan dari sektor tengah coba dioptimalkan oleh Yasin Salmani cs.

Namun Fachry Husaini memberi instruksi sangat jelas ke barisan tengah dan bek untuk bisa bermain lebih displin dan fokus. Efeknya sejumlah serangan Iran mampu dimentahkan oleh Nur Rahman cs.

Unggul 1-0, Indonesia tak lantas juga bermain bertahan. Beberapa kali aksi impresif dari seorang Bagus Kahfi membuat kerepotan para pemain Iran. Permainan satu dua antara pemain sayap ke Bagus Kahfi juga bermian optimal. Seperti saat Bagus Kahfi mendapat peluang menggandakan keunggulan setelah mendapat umpan cantik dari Amanar, sayang sepakannya masih menyamping dari gawang Iran.

Setelah skor di babak pertama tetap bertahan 1-0, di babak kedua mental pemain Indonesia lebih percaya diri. Apalagi di menit awal pertandingan, Garuda Muda hampir unggul 2-0 andai sepakan dari Supriadi dari dalam kotak penalti tak digagalkan kiper Iran.

Kecerdikan Fachri kemudian terlihat saat ia memutuskan untuk mengganti dua sayap impresifnya yang terlihat sudah kekelahan dan beberapa kali bisa dibaca pergerakannya oleh pemain Iran. Fachri memasukan dua sayap yang tak kalah impresif, Sutan Zico dan Muhammad Salman. Hasilnya pun tak mengecewakan.

Hingga menit-menit akhir babak kedua, skor tak juga berubah meski kedua tim terlihat jual beli serangan. Namun pada menit pertama injury time babak kedua, pergerakan seporadis dari saudara kembara Bagus Kahfi, Bagas Kaffa berakhir dengan bergetarnya gawang Iran lewat sepakan terukur pemain dari Desa Pancuranmas, Magelang tersebut. 2-0 Indonesia melibas Iran.

Fachry Husaini berkualitas

Kemenangan 2-0 Timnas U-16 di laga pertama Piala AFC U-16 2018 atas tim kuat Iran ini memang patut dirayakan. Meski sebenarnya saya pribadi melihat kemenangan ini tidak terlalu kejutan jika merujuk pada rekam jejak Fachry Husaini menangani tim ini.

Pasalnya sejak menangani Timnas U-16, Fachry kerap melakukan terobosan dalam hal taktik permainan serta mental anak asuhnya. Sebagai seorang mantan pemain Timnas, Fachry tahu betul bagaimana membangun pemain muda mulai dari nol.

Sejak ditunjuk pada 2017, Fachry memiliki program terarah dan terstruktur untuk membangun Timnas U-16. Yang menarik langkah pertama Fachry usai ditunjuk jadi pelatih Timnas U-16 ialah langsung menyurati semua Asprov PSSI.

Fachry sangat percaya potensi terbaik tentu saja tersebar di semua daerah, dan karenanya peranan Asprov sangat penting bagi pria kelahiran Aceh tersebut. Selain itu Fachry juga memfokuskan pencarian talenta muda terbaik pada Pusat Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP) dan Pusat Pengembangan dan Latihan Pelajar Daerah (PPLPD). Dua program yang sempat juga menjadi fokus Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) sejak 2015 lalu.

Langkah pertama Fachry sangat tepat, ia kemudian mendapatkan banyak talenta muda yang memang murni pantauan dan binaan dari Asprov. Artinya Fachry meruntuhkan stigam yang selama ini terbangun bahwa skuat di Timnas usai muda ialah pemain titipan.

"Ada beberapa tipikal pemain yang diinginkan oleh saya. Pertama pemain yang bagus dalam aspek fisik, kedua aspek teknik, ketiga aspek mental dan terakhir, yang paling penting, yakni aspek taktik," kata Fachry seperti dikutip dari bola.com

Publik sepakbola nasional mulai menaruh kepercayaan dan harapan besar kepada Fachry. Fachry kemudian membayarnya dengan gelar juara di turnamen Tien Phong Plastic Cup pada tahun pertama kepelatihannya. Nama Rendy Juliansyah serta skuat U-16 lainnya mulai dikenal publik.

Sebagai seorang pelatih yang membina para pemain dengan kisaran usai yang bisa meledak-ledak, Fachri sosok pelatih tegas namun dekat kepada para pemainnya. Ia paham betul, dua hal itu menjadi kunci untuk seorang pelatih tim muda.

Ketegasan Fachri tentu terlihat dalam urusan taktiknya. Seperti saat ia mengambil keputusan untuk si kembar Timnas U-16, Bagas dan Bagus di posisi yang berbeda. Awalnya si kembar ini berposisi sebagai striker. Bagas kemudian digeser jadi bek sayap, sedangkan Bagus tetap pada posisi awalnya.

Hasilnya tentu bisa kita lihat di laga melawan Iran. Keduanya bermain impresif dan sesuai dengan instruksi Fachri. Bahkan Fachri kabarnya memiliki ketegasan di luar taktik, seperti penggunaan HP selama turnamen yang hanya 2 jam per hari.

Kembali ke urusan taktik, Fachri seperti pelatih kelas dunia yang tak sungkan untuk ubah taktik di tengah pertandingan. Sudah banyak pertandingan yang dilakoni Timnas U-16, kita bisa melihat gaya Fachri tersebut. Ia bakal mengubah taktik dan pemain jika dirasa skema permainan berjalan tak sempurna.

Dengan kondisi seperti ini, pemain yang masuk skuat U-16 memang dituntut untuk memiliki kemampuan adaptasi. "Dengan perkembangan itu, saya harap mereka juga bisa bermain dengan tempo tinggi. Saat ini mereka bisa bermain cepat hingga 60 menit," kata Fachri.

Terakhir mengapa hasil melawan Iran tak terlalu mengejutkan bagi saya pribadi, karena di sejumlah laga uji coba sebelum turnamen ini, Fachri memilih lawan dengan sempurna. Seperti uji coba melawan Oman pada 12 September 2018 lalu. Meski berakhir imbang 3-3, melawan Oman, skuat U-16 menjadi tahu kekurangan mereka di laga-laga melawan tim Arab dan Asia Tengah seperti Iran, dua kekuatan sepakbola yang selama ini jadi ganjalan laju Timnas di turnamen sepakbola.

Semoga saja trend positif ini terus berlanjut di laga-laga berikutnya Timnas U-16 di ajang Piala AFC U-16 2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun