Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Sulap Gunungan Sampah Menjadi Berkah

23 Februari 2018   13:52 Diperbarui: 23 Februari 2018   13:59 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

APAyang dilakukan 2.950 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) dan 550 keluarga non penerima PKH di Kabupaten Blitar, Jawa Timur ini patut menjadi contoh. Bagaimana tidak, mereka berhasil menyulap gunungan sampah penyebab masalah menjadi gunungan emas yang membawa keberkahan bagi banyak orang. Warga setempat menyebut "pembawa berkah" tersebut dengan Bank Sampah.

Adalah Farida Masrurin, Pendamping PKH asal Kecamatan Sutojayan yang menjadi motor penggerak Bank Sampah. Konsepnya adalah dengan mengelola tumpukan sampah, memilahnya, lalu menjualnya. Tahap pemilahan inilah yang menjadikan harga jual sampah menjadi berbeda dan membawa keuntungan yang tidak sedikit.

Bila sebelumnya hanya diterapkan kepada KPM PKH dampingannya yakni di Kecamatan Sutojayan, maka kini ide Farida tersebut diadopsi oleh Kecamatan lainnya. Sedikitnya terdapat tiga kecamatan di Kabupaten Blitar yang telah menjadi model partisipasi pengelolan sampah tersebut yakni Kecamatan Sutojayan, Kademangan, dan Srengat. Seiring waktu, Bank Sampah tidak hanya sekedar menjadi solusi atas tumpukan sampah namun juga memberikan efek pemberdayaan dan penguatan sosial di masyarakat terutama bagi KPM KPH.

Belajar dari Tukang Rongsok

Berdirinya Bank Sampah bukan hasil dari mantra "Sim Salabim". Bersama rekannya Al Farabi, Farida Masrurin merintis berdirinya Bank Sampah tahun 2013 silam. Inspirasi muncul ketika Ia melihat seorang pemulung tengah memilah-milah sampah yang dikumpulkannya. Dari sana, Perempuan yang pernah aktif di Koalisi Perempuan Indonesia Cabang Blitar itu lantas mengetahui bahwa sampah yang terpilah ternyata harganya jauh lebih tinggi dibanding sampah "glondongan".

"Setiap rumah tangga otomatis menghasilkan sampah, jika dikumpulkan lalu dikelola dengan baik pasti bisa menghasilkan rupiah. Dari situ saya lantas belajar memilah sampah dari tukang rongsok. Saya cari tau harga dari Koordinator Kabupaten (Korkab) PKH yang udah lebih dulu jalan," ungkap Farida yang sebelumnya berprofsesi sebagai guru di Desa Bacem ini.

Tidak tanggung-tanggung, Farida secara khusus mengundang tukang rongsok untuk menerangkan dengan detail sampah apa saja yang laku beserta harga jualnya setelah dipilah-pilah. Tidak sendirian, Farida mengikutsertakan KPM PKH dampingannya untuk mempelajari "ilmu persampahan" tersebut.

 "Kita undang tukang rongsok untuk menerangkan itu, bagaimana caranya memilah. Misal, botol itu dipisah tutupnya baru dikerik tempelannya, bagian atas botol itu sekilonya bisa 8-10 ribu. Begitupun dengan kertas harus dipilah, HVS nilai jualnya lebih tinggi. Kita update terus harga dari pengepul," kata Farida menerangkan.

Farida mengungkapkan, bahwa harga jual sampah sebelum dipilah itu dicatat di masing-masing buku tabungan KPM, sedangkan selisih harga jual dari sampah hasil pemilahan itu digunakan untuk operasional bank sampah, SHU (Sisa Hasil Usaha) akan diterimakan diakhir tahun. Bila awalnya Bank Sampah yang dirintis Farida belum terstruktur baik, maka di tahun 2014 pengelolaannya mulai dicatat, disusun keorganisasiannya beserta tugas dan fungsinya masing-masing bagian.

Bangun Organisasi Hingga Membuka Akses Perbankan

Bukan hal mudah bagi Farida mengorganisasikan ribuan rumah tangga guna mewujudkan impian membangun Bank Sampah. Di awal masa perintisan,  oleh Farida KPM dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan letak geografisnya. Satu kelompok berjumlah 15 hingga 30 KPM. Untuk merekatkan anggota tiap kelompok, maka pertemuan rutin digelar secara bergantian di rumah tiap anggota. Pengepul rongsok pun secara terjadwal datang untuk membeli sampah yang telah dipilah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun