Mohon tunggu...
Ukhti Salihat
Ukhti Salihat Mohon Tunggu... -

pendukung #IndonesiaHebat, antikorupsi, benci anarkisme dan kekerasan, penyuka Pramoedya dan Gie.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Umar Tilmisani, Teroris yang Bengis atau Mujahid yang Zuhud?

22 Mei 2014   19:22 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:14 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nama lengkap beliau adalah Umar Abdul Fattah bin Abdul Qadir Musthafa Tilmisani. Beliau adalah Mursyid ‘Aam Ikhwanul Muslimin setelah meninggalnya Mursyid ke dua, Ustadz Hasan al-Hudhaibi pada bulan November 1973.

Beliau lahir di kota Kairo pada tahun 1322 Hijriah, atau 1904 Masehi, di Jl. Hausy Qadim di Al-Ghauriah. Asal-usul keluarga beliau dari wilayah Tilmisani di al-Jazaair. Pada masa penjajahan Perancis (1830), kakek ayah beliau meninggalkan Aljazair menuju Kairo Mesir. Kemudian keluarganya berpindah ke Syabin Al-Qanathir di Qalyubiyah.

Keluarga

Kakek dan ayah Umar Tilmisani bekerja sebagai pedagang pakaian dan batu mulia. Oleh karena itu hidupnya terbilang berkecukupan.

Rumah tinggalnya sewaktu kecil disebut sarayah (istana), di dalamnya terdapat 4 orang pembantu, ruang masak, kereta kuda, kandang ternak (banteng, kijang, sapi, kerbau, onta, keledai). Istana tersebut dikelilingi tanah perkebunan (jeruk, pier, mangga, anggur, korma, pisang, apel, lemon, dan kenari) seluas 2,5 ha.

Kakeknya adalah seorang salafi yang banyak mencetak buku-buku karya Ustadz Muhammad bin Abdul Wahab. Kakeknya mendapat gelar Pasha pada masa Sultan Abdul Hamid. Kakeknya itu terkenal pula sebagai dermawan, pada musim haji beliau biasa mengumpulkan orang-orang yang kekurangan biaya untuk pulang ke kampungnya, yaitu ke Asia Selatan dan Indonesia. Selain itu ia memiliki kebiasaan menjamu seluruh petani dengan hidangan daging yang dibelinya.

Pendidikan dan Pekerjaannya

Kecintaan Umar Tilmisani pada kajian ilmu-ilmu agama berawal dari kebiasaan kakeknya mengundang para ulama di kompleks perumahannya untuk mengadakan diskusi ilmiah. Disitulah beliau mulai senang mengunjungi perpustakaan Sayyid Ali, perpustakaan kampung yang dikelola almarhum Syaikh Abdul Aziz al-Qalmawi dan Syaikh Ahmad Rifa’i.

Pada usia 10 tahun, ia sudah beminat membaca surat kabar al-Maqtham, yang saat itu sering memberitakan peristiwa perang dunia I.

Ustadz Umar Tilmisani pada awalnya memiliki minat pada bidang seni dan sastra, beliau awalnya senang membaca buku-buku sastra, pernah mencoba membuat syair, bahkan sempat mempelajari dansa ala Eropa (danset, volks strauss, Charlie Stone), musik, dan juga gitar; tapi semua itu ditinggalkannya, kemudian ia lebih serius membaca buku-buku agama seperti: Tafsir Az-Zamakhsyari, Ibnu Katsir, Qurthubi, dan Sirah Ibnu Hisyam. Beliau juga membaca kitab Usud al-Ghabah, ath-Thabaqat al-Kubra, Nahj al-Balaghah, al-Amali, al-Iqd al-Farid, serta Shahih Bukhari dan Muslim.

Ustadz Umar Tilmisani belajar di Sekolah Ibtidaiyyah Jam’iyyah Khaeriyah, lalu melanjutkan di Sekolah Tsanawiyah al-Hilmiyah. Beliau termasuk siswa berprestasi, tidak pernah di bawah rangking ketiga. Ia menikah dini, yakni saat masih duduk di Sekolah Tsanawiyah Negeri, dan Istrinya wafat pada bulan Agustus 1979 setelah hidup bersamanya lebih dari setengah abad. Mereka dikarunia empat orang anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun