Mohon tunggu...
Indira Ginanti
Indira Ginanti Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Isi kepala kita terkadang lebih ramai daripada apa yang terlihat di wajah kita. Tuangkanlah dengan menulisnya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengenali FOBO (Fear of Better Option) dalam Diri Kita

28 Januari 2023   07:00 Diperbarui: 10 September 2023   06:16 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apakah Anda pernah mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan? Apakah terlalu banyak pilihan membuat Anda menjadi stres? Ataukah banyaknya pilihan justru membuat Anda tenang? Jika iya, maka sebaiknya Anda berhati-hati terjangkit FOBO!

FOBO (Fear of Better Option) merupakan suatu fenomena yang melanda orang-orang yang sulit menentukan pilihan dalam hidupnya. 

FOBO pertama kali dicetuskan oleh Patrick J. McGinnis pada tahun 2004 dalam artikelnya yang berjudul "Social Theory at HBS: McGinnis' Two FOs", yang terbit di The Harbus, koran mahasiswa Harvard Business School (HBS). McGinnis juga adalah orang yang mencetuskan FOMO (Fear of Missing Out) dalam artikel yang sama. Tidak seperti FOMO yang sudah akrab oleh hampir seluruh kalangan, FOBO masih terdengar asing bagi kita. 

Menurut McGinnis, FOBO dan FOMO itu berjalanan seiringan. Bahkan FOBO harus lebih diwaspadai daripada FOMO. Jika FOMO adalah ketakutan kita tertinggal banyak hal hingga membuat kita merasa kuper, kudet, dan ketinggalan zaman, maka FOBO adalah ketakutan kita untuk menentukan pilihan yang harus kita ambil.

Pernahkah Anda dihadapkan pada situasi ketika terlalu banyak pilihan membuat Anda merasa lelah? Misalnya, ketika Anda sudah menepati janji untuk menghadiri janji bertemu dengan teman lama Anda. Sebelum bertemu, apakah Anda terlalu pusing untuk memutuskan baju apa yang ingin Anda kenakan? Situasi seperti kesulitan menentukan ingin mengenakan baju apa mungkin terlihat sepele bagi sebagian besar orang. Lalu apakah hal seperti itu sudah bisa disebut sebagai FOBO?

Kasus lainnya, bayangkanlah diri Anda adalah seseorang yang hidup serba kekurangan yang sangat membutuhkan uang untuk kehidupan keluarga dan diri Anda. Lalu datanglah tawaran untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) pada Anda. Anda tentu akan langsung mengambil tawaran itu tanpa berpikir panjang, karena posisi Anda sedang sangat membutuhkan uang demi keluarga dan diri Anda. Lalu coba bayangkan jika Anda adalah orang yang berasal dari kalangan yang berkecukupan bahkan berlebihan, apakah Anda akan menerima tawaran tersebut? Anda tentu tidak akan mau menerima tawaran itu. Anda mungkin lebih memilih untuk mencari pekerjaan yang lebih baik atau menunggu kesempatan mendapatkan jabatan yang lebih baik.

Orang yang sedang membutuhkan dan hidup serba kekurangan dianggap jauh dari FOBO. FOBO justru menjangkiti orang yang memiliki banyak hal dalam hidupnya. Artinya dia hidup dengan banyak memilih apa yang ada padanya atau kesempatan yang datang padanya. Seperti Anda yang bingung menentukan baju apa yang ingin Anda kenakan untuk bertemu dengan teman lama Anda, itu disebabkan karena Anda punya banyak sekali pilihan baju dan beraneka macam gaya di lemari pakaian Anda, hingga Anda bingung memilih baju mana yang akan Anda kenakan. 

Apakah Anda harus mengenakan pakaian yang nyaman, anggun, ataukah pakaian yang ingin memberikan kesan bahwa Anda adalah seseorang yang sukses dan memiliki karir yang gemilang. Akhirnya dengan terlalu bingung memilih, Anda mengalami kelelahan dan mungkin bisa saja memengaruhi waktu janji dengan teman lama Anda tersebut.  

Jika Anda hanya memiliki sedikit pakaian atau gaya berpakaian Anda selalu sama, tentu Anda tidak akan bingung harus mengenakan baju untuk bertemu dengan teman lama Anda. Jikalau pun harus memilih, tentu Anda tidak menghabiskan banyak energi untuk terlalu pusing menentukannya.

Ketika Anda sulit menentukan pilihan di antara banyaknya pilihan, maka waspadalah Anda terkena FOBO. Sebab banyaknya pilihan itu membuat Anda menginginkan yang mana paling terbaik di antara pilihan itu. Menginginkan dan menentukan sesuatu yang lebih baik untuk hidup kita tentu bukanlah hal yang salah. Itu adalah hal yang wajar. 

Namun yang harus diwaspadai adalah perasaan tenang dengan banyaknya pilihan, hingga Anda terlena menghabiskan waktu Anda untuk memilih mana yang terbaik tanpa memutuskan pilihan mana yang akan diambil dalam waktu dekat. Akhirnya Anda hanya menyia-nyiakan kesempatan waktu hanya untuk memilih saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun