Mohon tunggu...
Indira Abidin
Indira Abidin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari Hannah, Nenek Yesus

24 Desember 2018   20:20 Diperbarui: 24 Desember 2018   20:39 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hannah membawa Maryam ke Baitul Maqdis dan menyerahkannya pada para pendeta di sana. Awalnya semua bingung. Keluarga Imran bin Matsan adalah keluarga yang terpandang sebagai pengelola rumah ibadah, pemimpin Bani Israil. Tapi bayi ini bayi perempuan. Allah mengarahkan raja saat itu untuk menyarankan agar Maryam diterima "agar bisa dikendalikan" di Baitul Maqdis. Ia sangat khawatir karena ada nubuwat bahwa keturunan Imran akan menggulingkan kekuasaannya. Akhirnya pada pendeta pun menerimanya.

Muncul masalah kedua, siapa yang akan menjadi penanggung jawabnya di sana. Maka datanglah Zakaria. Zakaria berkata bahwa ialah yang paling berhak, karena Hannah masih kerabat istrinya dan Maryam adalah keponakannya. Tapi semua pendeta juga ingin menjadi penanggung jawab Maryam, karena Maryam adalah anak Imran yang sangat dihormati. Tentu hal ini menjadi sangat prestis.

Maka mereka pun mengundi dengan melempar pena mereka ke dalam air. Setiap kali dilempar ternyata pena Zakaria yang muncul. Dan akhirnya Zakaria lah yang menang, sebagai ketentuan Allah atas Maryam, sebagai penerimaan Allah, jawaban terhadap doa Hannah.

"Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa".  (QS Ali Imran: 44)

Zakaria mendapat banyak kebaikan dan hikmah sebagai penanggung jawab Maryam. Suatu hari ia melihat makanan di dalam kamar Maryam, yang ternyata dibawakan oleh malaikat. Hal inilah yang kemudian membawa inspirasi pada Zakaria untuk berdoa meminta anak, dan Allah berikan Yahya sebagai karunia untuknya.

...dan Dia pertumbuhkan dia dengan pertumbuhan yang  baik, dan mengasuh, akan dia Zakaria. Tiap-tiap masuk Zakaria ke tempatnya  di mihrab, didapatinya ada makanan disisinya, berkata dia: Wahai Maryam!  Dari mana Engkau dapat ini? Dia menjawab: dia adalah dari Allah. Karena  sesungguhnya Allah memberikan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dengan  tidak terkira.(QS.Ali Imran:37)

Apa saja yang bisa kita pelajari dari seorang Hannah, bunda dari bunda suci Maryam?

  1. Tak berhenti berdoa. Hannah tak berhenti berdoa kepada Allah, sampai akhirnya Allah memberikannya kehamilan di usia tua. Setelah hamil pun ia berdoa dengan doa-doa yang menjadikan Maryam perempuan mulia sepanjang zaman yang setan pun tak bisa mengganggunya.
  2. Bernadzar dan menepati nadzar sebagai janji kepada Allah. Nadzar nya ternyata diterima oleh Allah dan menjadi penyebab dikabulkannya doanya. Menepati janji adalah sifat orang beriman. Padahal Maryam ternyata terlahir perempuan, hal yang membuat Hannah sulit memenuhi janjinya, tapi dengan keteguhan hatinya, ia tetap penuhi janjinya dan Allah terima nadzarnya, membuat semua berlangsung baik.
  3. Memberikan yang paling dicintainya kepada Allah swt. Setelah lama tak punya anak, tentu bayinya menjadi hal yang paling dicintainya. Inilah kemudian persembahan terbaiknya bagi Allah swt, dengan memberikannya sebagai pengurus Baitul Maqdis.
  4. Pendidikan anak dimulai sejak kehamilan. Hannah sudah mencanangkan sejak Maryam masih dalam kehamilan, bahwa ia akan menjadi pengurus Baitul Maqdis. Maka segalanya yang ia lakukan telah ditujukan untuk mewujudkan impian tersebut. Meskipun akhirnya Maryam lahir sebagai perempuan, berbagai aspek lainnya telah sukses mendapatkan ridlo Allah mengarahkannya sebagai orang yang berkhidmat di Baitul Maqdis dengan bantuan Allah.
  5. Mendoakan anak melalui nama. Maryam adalah nama yang dipilih oleh Hannah untuk bayinya. Dalam bahasa Ibrani Maryam berarti saleh atau suci, sebagai harapan Hannah sebagai ibu.
  6. Ibu tunggal pun mampu melahirkan anak yang mulia. Di masa itu peran suami sangat sentral dalam kelahiran anak. Hannah, yang ditinggal Imran yang meninggal sebelum Maryam lahir, membuktikan bahwa sebagai ibu tunggal ia mampu melahirkan dan mengasuh bayinya dengan sangat baik, dengan terus mengikutsertakan Allah di tiap tahapan.
  7. Saat kita menyerahkan keluarga kita pada Allah, Allah yang bekerja. Saat kita memberikan keluarga kita untuk melayaniNya, melibatkanNya dalam setiap tahapan membangun keluarga, Allah benar-benar bekerja, seperti yang terjadi pada Maryam. 

Tayang juga di: Belajar dari Hannah, Nenek Nabi Isa as

Artikel terkait:

Belajar dari Kisah Maryam

Belajar dari Kisah Nabi Isa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun