Mohon tunggu...
Indira Abidin
Indira Abidin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bahagia Itu Menemukan Pemberian, Kita Adalah Jawaban Doa bagi Penerimanya

13 Juli 2018   11:43 Diperbarui: 13 Juli 2018   11:45 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu hari 15 orang tentara bergegas menuju pos di Gunung Himalaya di mana mereka akan ditempatkan selama tiga bulan ke depan. Hari itu adalah hari yang sangat dingin dan salju turun deras, membuat pendakian ini berbahaya dan sangat sulit.

Sang pemimpin rombongan tentara itu dalam hati berharap mereka akan bertemu dengan kedai teh, agar tentara yang dipimpinnya bisa beristirahat sejenak untuk menghimpun energi kembali. Dengan cepat ia menepis harapan tersebut dan menganggapnya mustahil.

Menjelang malam, ternyata harapannya dikabulkan Allah swt. Mereka menemukan sebuah kedai teh tua yang bobrok, terkunci pula. Sang pemimpin rombongan memerintahkan para tentara itu berhenti dan beristirahat sejenak di kedai teh bobrok terkunci tersebut. 

Seorang anggota rombongan pun mengatakan bahwa mungkin di dalam ada teh dan minuman lain yang bisa menghangatkan tubuh mereka. Tapi mereka harus membongkar kuncinya. Sang pemimpin rombongan pun kemudian berfikir bahwa kedai teh ini mungkin sudah ditinggalkan pemiliknya. Ia pun menyetujui ide anggota rombongannya tersebut, melihat kondisi anggota rombongannya yang mulai kepayahan.

Maka mereka pun membuka kunci kedai teh tersebut. Dan benar, ada teh dan beberapa bungkus biskuit yang kemudian mereka nikmati dengan lahap. Mereka pun berhasil menghangatkan tubuh, mengisi perut yang lapar dan mendapatkan tenaga kembali.

Saat semua selesai makan dan minum, sang pemimpin rombongan pun meletakkan uang Rs 1.000 di bawah tempat gula untuk pemilik kedai teh itu, seandainya ia menemukan kedai itu terbuka dengan teh dan biskuit yang berkurang akibat ulah anggota rombongannya. Mereka bukan pencuri. Maka mereka pun harus membayar, begitu pikirannya. 

Mereka pun menutup kedai teh tersebut, dan melanjutkan perjalanan.

Tiga bulan kemudia tugas mereka pun selesai dan mereka turun kembali, melalui jalan yang sama. Semua anggota rombongan gembira, semua anggota sehat dan tak kekurangan apapun.

Dalam perjalanan mereka menemukan kembali kedai teh yang kuncinya mereka bongkar waktu itu. Mereka pun masuk. Pemiliknya pun dengan senang hati menyambut mereka. Mereka membeli teh dan biskuit. Mereka pun berbincang dengan orang tua pemilik kedai teh itu mengenai pengalamannya.

Sang pemilik kedai teh pun bercerita mengenai berbagai pengalaman dan keyakinannya akan bantuan Tuhan Yang Maha Esa.

"Bapak, jika Tuhan itu ada, mengapa Ia tak mengeluarkanmu dari kemiskinan ini?" komentar salah seorang anggota rombongan.

"Jangan berkata-kata seperti itu, Sahib! Tuhan itu nyata, saya mendapatkan buktinya tiga bulan lalu."

"Saya sedang sangat kesulitan saat itu karena anak saya satu-satunya dipukuli hingga babak belur oleh teroris yang menginginkan informasi darinya, yang ia tak tahu. Saya menutup kedai saya, dan membawanya ke rumah sakit. Ada obat yang harus saya tebus, tetapi saya tak punya uang. Tidak ada satupun yang mau memberi saya pinjaman, karena takut akan teroris. Saat itu saya putus asa."

"Hari itu saya berdoa terus pada Tuhan, dan Tuhan datang ke kedai saya hari itu."

"Saat saya kembali ke kedai, saya menemukan gemboknya dirusak. Saya merasa hancur, saya kehilangan semua yang syaya miliki. Tetapi saya menemukan Tuhan meninggalkan Rs 1000 di bawah tempat gula. Saya tak bisa menjelaskan betapa berharganya uang itu pada saat itu. Tuhan itu nyata, Sahib."

Keteguhan keyakinannya terpancar dr matanya. 15 pasang mata semua melihat sang pemimpin rombongan yang dengan jelas memberikan kode, "Diam!"

Sang pemimpin rombongan kemudian bangun dan membayar tagihannya. Dia memeluk orang tua itu dan berkata, "Iya, Baba, saya tahu Tuhan itu nyata dan, tehnya sangat nikmat."

Kemudian ada 15 pasang mata yang hampir tak dapat membendung air mata melihat pemimpinnya itu, sungguh sebuah pemandangan langka.

Kenyataannya adalah, kita semua bisa menjadi "tangan Tuhan" mewujudkan doa-doa dan harapan-harapan penuh derai air mata bagi siapa saja.

Sahabat,

Kira-kira apa hal paling mudah dan paling sederhana yang bisa kita lakukan untuk menjadi tangan Allah hari ini?

Kenapa hal itu penting?

Disadur dari artikel kiriman Yuli, di group Rumah BARITO.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun