Mohon tunggu...
Navy Jahbulon Rangkuti
Navy Jahbulon Rangkuti Mohon Tunggu... .... -

About: https://naufalrangkuti.weebly.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"To: Opop"

10 Februari 2018   15:13 Diperbarui: 14 Februari 2018   13:47 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

He and his theory of faith and religion, has made me walks a mile, eats if necessary, and lose when it's needed. It seemed that life has sunk me down to the lowest level. --- Violence, mockery from the people. Realizing that sometimes, dollar, is the only answer.

Back then, the rich kids wins everything. The poor kids, me, in this very case, watch to be bullied, eventhough money is only a number. I am struggling with my life, having a life without insurance is some unanswered question that needs to be get rid of.

But that day when i hear your voice, the Girl with an Independent soul. --- You, are the queen of your life, your laugh define you at the best version of yourself. Eventually, it strucked the people around, leaving a positive vibes that somehow unexplainable, but i bet one things real is..., it makes them happy.

Ada yang bilang, terkadang, untuk merasakan penderitaan di dalam hidup seseorang, kita perlu menjadi seseorang itu terlebih dahulu. --- Mungkin, aku dan kamu sama berjuangnya. Tetapi aku punya keyakinan, kalau kamu berjuang lebih gigih daripada aku, mi. Oleh karena itu, aku perlu belajar lebih banyak dari sosok seseorang seperti kamu.

Yang berpeluh keringat, membanting tulang untuk mengejar suatu target dalam hidupmu. Menahan amarah, meredam rindu, mengukir makna. Melukis sejarah, di dalam kehidupan. --- Barangkali aku lupa, tolong ingatkan aku kembali. Karena, cabutlah listrik dari lampu senilai 300 watt yang menopang nyawaku agar aku dapat tetap hidup di kala itu, Oktober tahun 1995. Mungkin, aku tidak akan bisa menulis kata kata selanjutnya pada tulisanku kali ini...

Mungkin....
Itu hanyalah titik -- titik tanpa nada.
Yang berbunyi, di dalam kehidupan kita.

Mungkin, aku akan bersebelahan dengan Akmal sekarang, mendiang kakakku tercinta, yang digadang gadang, sedang mendadahi ayah dan bunda dari surga Tuhan yang maha kuasa. Bersama dengan abangmu, yang bernama gimbot.

Tetapi kita terlahir untuk berkelana dan menjadi para pengelana. --- Manusia di era Digital terkadang lupa, sepetak halaman adalah untuk dibagi dan dinikmati bersama sama. Namun dengan Angkuhnya kita mengatakan bahwa, PRIVASI adalah hal yang utama.

Benci dipelihara, dan rasa tidak ingin KALAH itu semakin menggunung. Membuat kita lupa, bahwa berlayar pada luasnya lautan kehidupan itu, terkadang butuh untuk tersenyum kepada sesama. --- Tetapi kita ingin selalu sadar, dengan atau tanpa agama kita ini tetaplah seorang anak manusia biasa.

Triliunan rupiah yang disimpan dalam bentuk saham dan surat obligasi. Puluhan sportscar yang berjajar rapi di halaman depan pada rumah kesayangan kita. Terkadang, lebih murah nilainya jika dibandingkan dengan seonggok jantung yang 'cocok' dan berdetak secara sempurna di dalam tubuh kita.

Untuk hidup adalah tentang memilih diantara tiga buah pilihan. Menjadi kelabu dengan berpolitik, memilih hitam dengan menjadi iblis, atau memilih putih dengan menjadi sesosok malaikat. Well, it is for you to decide.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun