Mohon tunggu...
Indriyatul Munawaroh
Indriyatul Munawaroh Mohon Tunggu... Lainnya - Learners

Learners

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Fakta yang Berbicara

23 Januari 2019   21:47 Diperbarui: 23 Januari 2019   22:02 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Di siang hari yang tidak tampak cerahnya  sang mentari, Alhamdulillah bisa berdiskusi singkat dengan seorang dosen baik hati . Beliau pernah mengalami sebuah kisah yang memilukan tapi nyata. Kisah seorang dosen yang kami bisa mendengarkannya secara langsung dan khusus.

Beliau bercerita tentang pelayanan kesehatan zaman now. (karena memang diskusi masalah jaminan kesehatan). Beliau seorang PNS yang sudah otomatis diprogram untuk mendaftar BPJS dan membayar iuran dari gaji yang dipotong. Beliau sering mengatakan banyak permasalahan yang dirasakan dengan adanya jaminan kesehatan atau lebih tepatnya asuransi kesehatan ini.

Salah satu contohnya saja saat anak beliau sakit. Waktu diperiksa ke suatu RS, karena dari luar masih terlihat bugar (masih kuat jalan dan tidak ada keluhan pingsan) dan tidak ada tanda-tanda penyakit parah, maka belum bisa mendapat perawatan intensif.

Kalau sudah darurat maka baru bisa mendapat perawatan intensif. Padahal beliau sudah khwatir Sejurus kemudian beliau memeriksakan anaknya ke RS lain yang akhirnya anaknya divonis usus buntu. Barulah beliau merujuk ke RS yang pertama kali beliau periksa dan akhirnya baru ditangani ketika sudah jelas harus segera dioperasi. 

Tapi Alhamdulillah operasi dengan biaya BPJS. Tapi ternyata masalahnya tidak sampai disitu. Dalam waktu lima hari pihak RS meminta agar anaknya bisa meninggalkan RS. Awalnya diberitahu agar hari keempat sudah harus bisa jalan agar hari kelima bisa pulang.

Akan tetapi karena sang dosen merasa anaknya belum kuat maka beliau meminta kepada pihak RS untuk diberi waktu sehari lagi sampai anaknya benar-benar sembuh. Awalnya menolak, dan sang dosen berjanji berani membayar kelebihan harinya jika diperbolehkan untuk menambah satu hari lagi. Akhirnya diperbolehkanlah beliau.

Setelah enam hari ternyata ketika mengurus administrasi tidak dikenai biaya lebih. Pihak RS mengatakan kelebihan hari masih ditanggung BPJS.

Kisah lain, bulan kemarin saat berkesempatan pergi berkunjung ke rumah saudara di Banyuwangi kebetulan bisa berbincang-bincang dengan tetangga di sana. Beliau mengatakan beliau sering sakit-sakitan. Beliau lebih memilih untuk tidak daftar BPJS karena tetangga dan kenalannya ketika menggunakan BPJS susah. Dibatasi penyakitnya, administrasi juga repot, dan pelayanan yang kurang memuaskan.  

Dengan dua cerita diatas mungkin akan kurang puas untuk menyimpulkan kondisi pelayanan kesehatan di negeri ini. Untuk cerita dan fakta lebihnya silahkan cek di lingkungan atau internet tentang pelayanan kesehatan zaman now.  Fakta membuktikan pelayanan kesehatan saat ini semakin menjadikan masyarakat tercekik. Sudahlah masyarakat harus membayar iuran untuk jaminan kesehatan, tetapi timbal balik berupa layanan yang diberikan tidak menunjukkan kata memuaskan.

Beberapa waktu lalu ramai beberapa RS yang menyatakan pengguna BPJS belum bisa menggunakan jaminannya untuk berobat. Di lain sisi dari pihak BPJS sendiri masih punya catatan merah tentang pelunasan biaya kesehatan ke beberapa RS yang berakibat dokter dan perwatnya tidak bisa menerima gajinya.

Pelayanan kesehatan bukanlah hal yang main-main, karena berkaitan denga kebutuhan dan sekaligus nyawa. Jika lalai atau terlambat penaganannya maka bisa berakibat fatal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun