Mohon tunggu...
Indah Anggita Putri
Indah Anggita Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Blessed.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Phubbing di Kalangan Pemuda: Perspektif Kebudayaan Georg Simmel

9 Desember 2021   00:01 Diperbarui: 9 Desember 2021   00:08 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: inet.detik.com

Seorang peneliti percaya bahwa, kecanduan smartphone lebih ditekankan pada penggunaan teknologi media sebagai bahan untuk memenuhi kecanduan pada hal lainnya, misal jejaring sosial, perjudian, belanja, pornografi, ataupun game.

Teori Kebudayaan: Phubbing

Fenomena phubbing menjadi menarik karena seakan manusia dikendalikan oleh smartphone. Seharusnya manusia yang berpikirlah yang mengontrol dan mengendalikan smartphone. 

Fenomena ini dibahas juga dalam "Teori Kebudayaan" Georg Simmel yang tertuang dalam bukunya The Concept and the Tragedy of Culture yang disebut dengan budaya objektif menguasai budaya subjektif, hal tersebut dikatakan sebagai sebuah tragedi masyarakat modern (Rahkmat H, 2020).

The Concept and the Tragedy of Culture berisikan mengenai pemikiran Georg Simmel tentang tema budaya dan sebuah analisis yang mengarah pada masyarakat modern. 

Dalam bukunya, Simmel menjelaskan mengenai perbedaan budaya subjektif dan budaya objektif sebagai dualisme antara jiwa dan raga (subjektif dan objektif). Jiwa atau biasa disebut budaya subjektif berarti sebuah esensi individu, meliputi struktur adat, moralitas, agama, hukum, sains, teknologi dan seni.

Ketika struktur itu dibuat, maka akan diperoleh stabilitas dan ekstensi yang disebut "fixed but timelessly valid". Akan tetapi, pencapaian tersebut ternyata memicu ketegangan dalam jiwa, dalam kehidupan subjektif. 

Begitu tercipta, setiap individu akan merasa merdeka dan sedikit demi sedikit membuat mereka memisahkan diri dari asalnya hingga mendapati dirinya terlempar dari dunia dan menciptakan dunia mereka sendiri, dari sinilah budaya menjadi mimpi buruk, sejak manusia menempatkan diri untuk mereka sendiri.

Simmel memiliki pandangan akan masyarakat modern yang menghasilkan benda-benda budaya mengikuti arah pertumbuhannya sendiri, guna mendorong setiap individu untuk menjadi makhluk sosial. Budaya objektif merupakan kesulitan yang tumbuh dan masuk ke dalam lingkup budaya subjektif. 

Bagi Simmel, hal ini adalah masalah budaya antara "dualisme" tersebut. Budaya memberikan arah kepada jiwa dan raga untuk menuju tahap-tahap yang lebih maju. Budaya merupakan sebuah jalan untuk mencapai tujuan, dan bentuk objektifnya adalah tempat pemberhentian. 

Dengan begitu dapat dibenarkan bahwa kehidupan subjektif dapat mencapai kesempurnaan apabila didukung oleh budaya objektif. Akan tetapi, jika proses bercampurnya budaya subjektif dengan budaya objektif melewati batas, maka pencapaian tersebut bukanlah lagi sebuah kesempurnaan karena sangat dimungkinkan adanya gerakan yang merusak. Budaya objektif tersebut meliputi segala sesuatu yang dihasilkan manusia, seperti seni, ilmu, filsafat, dan lain-lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun