JAKARTA-Independent, Peringatan Hari Lahan Basah Sedunia selalu diperingati setiap tanggal 2 Februari. Hal ini mengacu pada perjanjian perlindungan lahan basah yang ditandatangani pada tanggal 2 Februari 1071.
Untuk itulah di gedung pasca sarjana Unsyiah diadakan seminar tentang Hari Lahan Basah Sedunia atau Hari Wetland Sedunia dengan thema,"Â
Pengelolaan Sumber Daya Alam Secara Bijak, Jaminan berhasilnya Mitigasi Bencana Lingkungan." Banda Aceh, Selasa, 4 Februari 2020.
Kegiatan ini dilakukan oleh AWF atau Aceh Wetland Foundation dengan nara sumber: TM Zulfikar (YEL), DrH Taing Lubis (BKSDA) dan Arifsyah Nasution (Greenpeace Indonesia).
Hari Lahan Basah Sedunia atau World Wetlands adalah tema untuk tahun 2020 (Wetlands and Biodiversity).
Laju lahan basah yang rusak meningkat secara signifikan pasca tahun 2020, dimana seluruh wilayah di bumi kena imbasnya.
Luas hutan bakau dilahan basah di Indonesia ada sekitar 3.244.018,46 hektar atau hampir 21% dari total luas mangrove dunia. Sekitar 202 jenis tumbuhan mangrove tumbuh di Indonesia, meliputi 89 jenis pohon, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit, 19 jenis pemanjat, 5 jenis palma, dan 1 jenis paku.
Ada banyak penyebab lahan basah berkurang di seluruh dunia. perubahan iklim, urbanisasi, pertumbuhan populasi manusia alih fungsi lahan dan sebagainya yang semuanya telah berkontribusi pada kondisi ini.
Dari hasil seminar,"Pengelolaan Sumber Daya Alam Secara Bijak, Jaminan berhasilnya Mitigasi Bencana Lingkungan," didapat beberapa hasil pleno sebagai berikut:
1. Evaluasi kebijakan dalam penataan ruang dalam pengelolaan dan perlindungan lahan basah di Aceh.
2.Pentingnya edukasi dari pemerintah kepada masyarakat tentang pemanfaatan lahan basah di Aceh.
3.Pengembangan model ekonomi atau ekologi masyarakat.
4.Bentuk badan riset khusus untuk lahan basah di Aceh.
5.Melibatkan masyarakat adat dalam pendataan lahan basah dikawasan pemukiman terkait dengan ketersediaan air tanah dan serapan air.
6.Peningkatan peran serta penyuluhan kehutanan dalam perubahan pola pikir masyarakat di kawasan lahan basah di Aceh.
7.Perlu adanya inventarisasi kawasan-kawasan lahan basah dalam upaya peningkatan status dan fungsi lahan basah di Aceh.
8.Penyusunan rencana aksi daerah dalam pengelolaan lahan basah di Aceh.
9.Pengembangan model pengelolaan lahan basah berbasis komunitas.
10.Perlu adanya mekanisme pendekatan kepada masyarakat secara efektif terkait dampak atas kerusakan ekosistem manggrove.
11.Adanya agenda rutin dari pemerintah Aceh menjadikan hari wetlands sedunia agenda tahunan.
12.Menawarkan pola-pola pemanfaatan kawasan pengelolaan oleh komunitas adat.
13.Mendukung dan melibatkan mahasiswa dalam segala program dan kegiatan pelestarian lahan basah di Aceh.
14.Peningkatan kapasitas masyarakat untuk pelaksanaan/pengawasan lahan basah di Aceh.
Mari kita bersama-sama menjaga dan merestarikan lahan basah sebagai habitat berbagai jenis keanekaragaman hayati dan terlebih sebagai pendukung kehidupan umat manusia.