Mohon tunggu...
Indarti
Indarti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka, Siswa Berkarya, Guru dan Orang Tua Berbangga

1 April 2023   13:49 Diperbarui: 1 April 2023   14:18 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adanya kurikulum merdeka menjadi gebrakan inovasi baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Pelaksanaan kurikulum ini diberlakukan secara bertahap mulai tahun ajaran 2022-2023, sifatnya tidak dipaksakan karena menyesuaikan dengan kesiapan masing-masing satuan pendidikan. Penerapan kurikulum baru ini diharapkan mampu menjadi angin segar bagi berbagai pihak terkait. Satuan pendidikan diberi kewenangan untuk mengembangkan kurikulum operasional satuan pendidikan yang lebih fleksibel dan kontekstual sesuai kebutuhan dan kararkteristik siswanya.

            Jika dahulu, guru hanya terpaku dan terpacu untuk menyelesaikan materi, maka kurikulum merdeka lebih berfokus kepada pengembangan karakter profil pelajar Pancasila. Siswa sudah tidak sepatutnya hanya dicekoki materi-materi tetapi langsung diarahkan dalam penerapan di kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dikembangkan dengan menyajikan permasalahan-permasalahan yang dekat bahkan dialami sendiri oleh siswa. Selanjutnya siswa diminta untuk berdiskusi guna menemukan solusi pemecahannya bahkan menghasilkan karya-karya inovasinya. Kreativitas siswa cenderung lebih meningkat. Di sisi lain kemampuan public speaking siswa pun lebih terasah karena seringnya melakukan presentasi-presentasi selama proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan diharapkan mampu mengakomodir berbagai gaya belajar siswa, baik siswa visual, audiotori maupun kinestetik. Diferensiasi pembelajaran dapat dilakukan melalui proses, konten, maupun produk sesuai kemampuan siswa sehingga mendapatkan hasil belajar yang lebih maksimal.

            Hal tersebut tentu bukan suatu perkara yang mudah bagi guru maupun siswa yang sudah terbiasa dengan metode konvensional untuk beradaptasi. Guru dituntut harus lebih kreatif memilih model pembelajaran kontekstual sesuai dengan materi yang diajarkan. Model pembelajaran yang dinilai paling sesuai dengan tuntutan kurikulum merdeka yaitu model pembelajaran Problem Based Leraning (PBL) dan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL). 

            Model pembelajaran Problem Based Leraning (PBL) dapat diterapkan dengan menghadirkan masalah-masalah otentik yang ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari untuk dikaitkan dengan materi pembelajaran yang ada dalam kelas pembelajaran. Selanjutnya siswa diajak untuk menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut melalui proses diskusi maupun literasi. Sebagai contoh, pada materi gerak, guru bisa menampilkan potret siswa-siswa di sekolah yang sering datang terlambat. Permasalahan tersebut akan dikaitkan  dengan materi kecepatan dan kelajuan. Dengan melakukan praktikum sederhana, siswa dapat menemukan rumus menghitung kecepatan dan kelajuan. Selanjutnya, temuan itu diterapkan untuk memberi solusi permasalahan siswa-siswa yang datang terlambat. Pada materi lain, misalnya materi pencemaran lingkungan, guru dapat mengambil protet-protet pencemaran air yang ada di wilayah sekitar.

            Selain model pembelajaran Problem Based Leraning (PBL), guru juga dapat menerapkan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL). Model pembelajaran ini lebih kontekstual lagi karena di akhir pembelajaran siswa diharapkan mampu menghasilkan produk. Semisal pada materi pemisahan campuran, siswa diajak untuk membuat proyek alat penjernihan air. Contoh lain, pada materi sel hewan dan tumbuhan, setelah anak-anak diajak melakukan pengamatan dengan mikroskop terhadap sel hewan dan tumbuhan, anak-anak diajak juga untuk membuat proyek miniatur sel hewan dan tumbuhan. Pada pembelajaran informatika yang merupakan pembelajaran baru pada kurikulum merdeka, anak-anak dapat diajak membuat proyek animasi game sederhana, sehingga anak-anak yang biasanya hanya suka memainkan game kini juga bisa membuat produk game sederhana sendiri sesuai keinginannya.

            Hasil dari proyek-proyek pembelajaran dapat dipamerkan di pagelaran karya siswa atau di akhir semester saat penerimaan raport. Bahkan hasil karya-karya tersebut bisa juga diteruskan untuk pembelajaran kewirausahaan sebagai salah satu tema proyek penguatan profil pelajar pancasila. Orang tua turut berperan aktif memantau dan memotivasi anak-anaknya dan pada akhirnya bisa mengamati sendiri hasil nyata produk buatan anak-anaknya. Tentu saja pembelajaran-pembelajaran yang bermakna seperti itu selain menyenangkan juga dapat menggali potensi bakat dan minat yang dimiliki oleh siswa. Pada akhirnya siswa dapat merasakan merdeka belajar dalam arti sesungguhnya. Siswa berkarya, guru dan orang tua turut berbangga! (Indarti)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun