Adat budaya Indonesia sangat beragam. Setiap suku memiliki bahasa, lagu, tari, rumah adat, dan kue-kue tradisional yang berbeda. Namun, walaupun berbeda tentu kita masih percaya bahwa kita satu hati, kan? Perbedaan itulah justru yang membuat kita kaya.
Kali ini kita kulik yuk, salah satu kue tradisional Bugis-Makassar yaitu kue Cucur Bayao. Kue ini biasanya hanya muncul di acara-acara pesta pernikahan karena memiliki filosofi yang sarat makna. Duh apa tuh filosofinya?
Sebelum bercerita tentang filosofi Cucur Bayao, saya spill dulu ya penampakan kue ini.
Jadi kue Cucur Bayao itu dari penampakan saja sudah khas. Warnanya kuning dengan bentuk bulat sederhana. Ukurannya kecil dengan diameter antara 3 - 5 sentimeter saja. Saya belum pernah lihat Cucur Bayao yang ukurannya lebih besar dari itu.
Tekstur kue ini sama dengan kue bolu pada umumnya. Yang membuatnya istimewa adalah kue ini disajikan basah karena disiram oleh larutan gula pasir cair. Manis, dong? Bangeeet.
Nah, saat saya berselancar mencari resep Cucur Bayao, ternyata cukup bervariasi cara membuatnya. Ada yang pakai tepung beras, ada yang tepung terigu, dan ada yang no tepung-tepung.
Saya share resep yang menurut saya paling simpel dari  blog Dapur Teh Enur.
Bahan- bahan yang harus disiapkan adalah:
- 25 gram tepung terigu protein sedang
- 25 gram kenari
- 10 kuning telur
- 3 tetes pewarna kuning
Bahan perendam:
- 300 ml air
- 250 gram gula pasir
- 1 buah jeruk nipis, ambil airnya
- 1/4 sendok teh vanili
Cara membuatnya:
- Campur kuning telur dan pewarna kuning, aduk rata. Tambahkan tepung terigu, aduk rata.
- Masukkan adonan ke dalam cetakan kue mangkuk yang sudah diolesi minyak atau mentega. Kukus di atas api kecil hingga setengah matang, hias dengan kenari lalu kukus lagi sampai matang. Angkat.
- Perendam: didihkan air, gula, air jeruk nipis, vanili.
- Lepaskan kue yang sudah dingin dari cetakan, masukkan dalam air perendam, angkat lalu hidangkan.
Nah, sepertinya mudah, kan? Boleh dicoba nih kapan-kapan.