Di dunia medsos, saya suka membaca unggahan-unggahan komunitas edit foto. Biasanya ada member yang mengirimkan foto, lalu meminta member yang lain untuk mengeditnya.
Misalnya begini, seorang member mengirimkan fotonya namun backgroundnya kurang bagus. Ia pun memberi caption: "Tolong diedit backgroundnya jadi laut/pantai, dong."
Nanti di kolom komentar akan bermunculan para suhu edit foto memenuhi permintaan tadi. Namun seperti kurang bumbu kalau berurusan dengan warga +62, jika tidak ada lucu-lucunya. Di samping para suhu yang baik hati, membantu sesuai permintaan, ada pula suhu dan amateur iseng yang akan mengedit foto yang dikirim dengan editan-editan di luar nurul alias di luar nalar.
Pokoknya segala editan yang mengundang tawa ngakak para member lain, tapi pasti bikin bete si pengunggah foto awal.
Walau kasihan pada si pengunggah, tapi menurut saya itulah risiko mengunggah foto di media sosial. Ada embel-embel diminta ngedit, pula. Harus banyak-banyak sabar melihat foto terbaik kita diacak-acak.
Makanya, kalau tidak mau seperti itu, editlah pada profesional. Datang pada ahlinya, dan bayar sesuai tarif. Jasa edit foto itu kan butuh effort juga.
Bicara tentang edit foto, pada zaman lompatan teknologi digital seperti sekarang ini, apa sih yang tidak bisa diedit? Jangankan profesional, amatir pun sekarang bisa mengedit hanya dengan aplikasi-aplikasi editing. Tinggal pasang foto wajah kita di badan orang lain...chuzz...foto editan sudah jadi dalam sekejap.
Maka dari itu, zaman lompatan teknologi ini sering juga disebut zaman fitnah. Sering kan, kita baca berita seorang artis mengalami masalah karena beredarnya foto sy*r atau video m*sum. Kemudian ada ahli digital yang menganalisis dan menyampaikan di media ... foto dan video itu palsu. Atau sebaliknya 100% asli.
Hal-hal yang sering menimpa para artis dan public figure itu, belum tentu tidak menimpa orang biasa, lho. Apalagi sekarang banyak orang biasa yang bisa menjadi 'artis' di laman sosmednya sendiri. Aktif membuat konten lalu menamakan diri konten kreator, influencer, selebgram, dan lain-lain. Yang punya brand kuat dan wajah menarik, biasanya akan meroket dan jadi lebih terkenal dari sekadar artis.
Nah, orang-orang yang wajahnya nongol di mana-mana ini merupakan sasaran empuk haters...yang mungkin tega membuat editan foto jelek.
Hati-hati buat yang suka edit foto. Kalau sekadar edit percantik sih nggak papa, tapi kalau sudah edit yang macam-macam, nanti jatuhnya fitnah dan bisa kena UU ITE. Ancaman hukumnya nggak main-main, bisa sampai 12 tahun penjara!