Ramadan tiba, ramadan tiba, ramadan tiba.
Setiap awal tahun baru, kaum muslim di seluruh dunia pasti sudah menandai, kapan bulan suci mulia tiba. Walaupun sudah memahami  bahwa tanggal 1 Maret diprediksi merupakan tanggal awal puasa, tetap saja ketika malam tarawih pertama tiba, rasanya seperti cepat sekali ... masyaAllah sudah ramadan lagi. Alhamdulillah.
Setiap ramadan pasti setiap muslim ingin melakukan yang terbaik. Menambah ibadah agar pahala di bulan suci dapat diperoleh dengan sebesar-besarnya. Karena kesucian bulan ramadan itu mutlak tak terbantahkan lagi. Merugilah yang hanya mendapatkan lapar dan haus di bulan ramadan.
Setiap ramadan, ibadah rutin yang saya lakukan selain ibadah wajib adalah membaca Al Qur'an. Ibadah ini juga saya lakukan di bulan-bulan di luar bulan Ramadan. Namun kadang melakukannya karena ingin mengejar target juz saja. Jadi kurang memaknai  kata per kata.
Selama dua tahun terakhir saya mengikuti sebuah kelas tahsin online. Dalam kelas tersebut setiap bacaan yang kurang pas makhrajnya akan dikoreksi oleh guru/ustadzah. Saya merasa bacaan Qur'an saya lebih baik dari sebelumnya, alhamdulillah.
Dalam setiap sesi kelas, ustadzah selalu mengingatkan bahwa kita harus berusaha agar dapat membaca Al Qur'an Dengan sempurna. Makhraj (tempat keluar huruf) jelas dan tidak salah, hukum-hukum bacaan pun ditunaikan sempurna. Kesalahan pengucapan akan menyebabkan kesalahan arti yang tentu akan mengurangi nilai dan barokah dari ayat yang dibaca.
Pemahaman akan hal tersebut membuat saya memutuskan untuk ramadan kali ini saya akan mencoba membaca Al Qur'an dengan tartil.
Tartil artinya membaca dengan pelan, tuntas, dan hati-hati. Membaca Al-Quran dengan tartil, tidak hanya memperhatikan aturan tajwid (pengucapan yang benar), tetapi juga memberikan perhatian khusus pada setiap kata dan huruf.
Tartil artinya juga memahami makna yang terkandung dalam Al-Quran. Merenungkan pesan yang ingin disampaikan Allah melalui ayat-ayat-Nya. Ini merupakan penghormatan terhadap kalam Allah di dalam Al-Quran.
Saya manusia yang masih bodoh, miskin pengetahuan, apalagi pengetahuan tentang agama. Membaca dengan tartil, dan mengingat-ingat hukum tajwid seperti yang diajarkan oleh guru, kadang mengulang ayat jika suara yang keluar belum pas sesuai mahkraj.
Memang akan lama. Mungkin tak bisa khatam seperti tahun sebelumnya. Barangkali ada yang menyarankan: kejar bacaan sebanyak-banyaknya saja biar bisa khatam empat kali.