Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sepak Bola yang Menyatukan, Namun Kadang Memisahkan, Tergantung Siapa Lawannya

3 Oktober 2022   20:34 Diperbarui: 3 Oktober 2022   20:40 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepak Bola yang Menyatukan (Pexels/Markus Spiske)

Jika kemenangan ada di tangan tim Indonesia, maka kebahagiaan berjamaah tampak di setiap status medsos warga +62. Ceria, meriah, riang gembira.

Jika kekalahan yang harus kita alami, kompak mencaci maki tim lawan. Terutama karena Malaysia memang entah bagaimana sudah menjadi frenemy Indonesia dalam berbagai bidang (ingat klaim reog dan sengketa pulau Sipadan Ligitan).

Sepak bola menyatukan kita bangsa Indonesia, tatkala kita memiliki musuh yang sama.

Hal yang berbeda terjadi justru ketika kita bertarung dengan 'saudara' sendiri. Contoh saat Arema dan Persebaya bertemu di lapangan. Bahkan stigma 'musuh bebuyutan' telah diberikan pada dua tim tersebut. Secara latar belakang budaya, memang daerah asal kedua klub ini (Malang dan Surabaya) adalah daerah yang orang-orangnya dikenal terbuka, ceplas-ceplos, dan sekaligus tinggi harga dirinya. 

Bertemunya dua 'saudara' di lapangan ini, justru rentan tepercik api emosi. Apalagi kalau sudah ejek-ejekan, saling elu-elukan jagonya sendiri. Bisa jadi supporter panas dan memantik hal yang tak diinginkan.

Kekalahan - yang sebetulnya adalah hal biasa dalam sebuah pertandingan - tidak dapat diterima dengan lapang dada. Kenapa bisa kalah? Itulah pertanyaan yang ditanyakan oleh sebagian supporter Arema tatkala timnya kalah. Konon itulah kenapa mereka turun ke lapangan 'hanya' untuk menanyakan hal itu - yang berbuntut keributan, chaos, dan jatuhnya korban.

Belajar Arti Sportivitas

Saya menemukan definisi kata sportif yang sangat menarik dari google. "Sportif merupakan kesadaran yang selalu melekat, bahwa lawan bertanding adalah kawan bertanding yang diikat oleh persaudaraan olahraga. Sportif merupakan sikap mental yang menunjukkan martabat ksatria pada olahraga."

Saya yakin, untuk level atlet atau pemain olah raganya sendiri, paham bahwa kalah dan menang itu hal biasa dalam sebuah pertandingan. Banyak faktor yang menyebabkan kalah atau menang. Mungkin kondisi fisik para atlet, durasi latihan, hingga cuaca saat pertandingan dilangsungkan.

Sudah lazim dalam setiap pertandingan olah raga, atlet yang bertanding akan saling bersalaman pada awal pertandingan, demikian juga di akhir pertandingan. Namun bagaimana dengan suporter?

Ini adalah peer bagi komunitas-komunitas pecinta olah raga, khususnya sepak bola. Bagaimana menanamkan jiwa sportivitas dan dapat menganggap bahwa berbeda tim kebanggaan itu biasa. Bahwa tim lawan adalah kawan yang diikat dalam persaudaraan olah raga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun