Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Omicron, Ancaman bagi Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Full, Anak Kembali Belajar Daring?

2 Desember 2021   21:48 Diperbarui: 5 Desember 2021   02:27 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Omicron, Ancaman Bagi Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Full (Sumber: Pixabay)

Dari layar ponsel yang sibuk sekral sekrol turun naik, tiba-tiba sesuatu yang kecil melintas. Omicron. Saya berhenti dan membaca sekilas, apa itu omicron?

Omicron adalah nama varian baru dari virus corona. WHO (World Health Organization) alias organisasi kesehatan dunia, telah mengklasifikasikan varian omicron ini sebagai kategori tertinggi untuk varian virus corona terkait penularan, gejala penyakit, risiko infeksi ulang, dan efek vaksin. 

Mengapa namanya omicron, karena sejak Mei 2021, WHO telah mengeluarkan sistem penamaan sederhana untuk varian virus corona, berdasarkan urutan huruf alfabet yunani. O adalah huruf ke-15, melambangkan omicron yang merupakan varian virus yang ke-15. Arti seluruhnya dari omicron adalah nol kecil.

Menurut Dahlan Iskan dalam artikel yang ditulisnya, nama omicron juga telah digunakan dalam dunia astronomi yaitu untuk menamakan bintang ke-15 dalam jajaran kelompok perbintangan tertentu di luar angkasa.

Varian omicron ini sebenarnya baru ditemukan di awal November di Afrika Selatan, tepatnya pada 9 November 2021. Namun walaupun berumur sangat muda, si nol kecil ini tidak boleh disepelekan karena punya daya menggegerkan dunia. 

Seorang peneliti di Vienna, Austria mengatakan bahwa omicron 500 kali lebih menular daripada delta. Selama November si nol kecil sudah menyebabkan ledakan kasus Covid-19 di Afrika Selatan. Penyebaran omicron juga diperkirakan akan lebih cepat daripada delta. Pemerintah Indonesia telah bergerak cepat mengantisipasi dengan melakukan penolakan kunjungan dari negara-negara Afrika.

Saya geleng-geleng kepala dengan berita yang saya baca. Perasaan baru saja saya bernapas lega, karena anak-anak sudah mulai pembelajaran tatap muka di sekolah. Hampir dua tahun mereka menjadi generasi rebahan yang ogah gerak, malas olah raga dan malas bertemu orang. 

Pembelajaran tatap muka bagi saya adalah terbitnya mentari di tengah mendung. Anak-anak lebih mudah menerima pelajaran jika diajarkan secara langsung oleh gurunya. Mereka juga lebih terdorong untuk konsentrasi fokus mendengarkan, lebih bersosialisasi dengan teman-temannya, dan lebih hidup. 

Hidup seperti saya semasa anak-anak, yang senang beraktivitas dengan teman. Senang bermain sampai lupa waktu dan dipanggil-panggil pulang oleh mama.

Omicron seolah kegelapan yang datang membayangi mentariku yang mulai bersinar. Jika ia datang, saya bayangkan anak-anak kembali full belajar daring, kembali ke dunia rebahan dan layar gadget. Saya kembali lebih banyak WFH. Bukan saya tidak suka WFH, bohong kalau tidak suka. Tapi saya lebih memilih WFO selamanya asal virus corona enyah dari muka bumi.

Ya, memang tidak ada manfaatnya saya ngomel-ngomel sama si nol kecil ini. Seharusnya saya bersiap. Walau tidak ada persiapan khusus karena prokes selama ini masih selalu saya dan keluarga saya lakukan, paling tidak saya harus menyiapkan kewaspadaan. 

Dengan atribut bahaya 500 kali dibanding delta, tentunya varian si nol kecil ini tidak bisa diabaikan. Prokes harus terus ditegakkan, suplemen disediakan, dan waspada terhadap perubahan kondisi tubuh. Terutama anak-anak yang sekarang ini masih dalam suasana adaptasi back to school, harus diberikan pengertian agar melakukan prokes ketat. Jangan lengah.

Terakhir, yuk mari kita semua saling mengingatkan. Tidak usah sok jagoan dan bicara konspirasi. Jaga diri masing-masing, jaga keluarga. Semoga kita semua terhindar dari musibah Covid-19, dan semoga semua ini segera berhenti.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun