Usia 25, Ngapain?
Saat saya menginjak usia 25, saya ada pada posisi muda, bersemangat, dan (ingin) produktif dalam berkarya, serta di sisi lain saya juga seorang pemimpi berat. Hahaha, saya suka merencanakan sesuatu yang hebat, namun kadang niat kurang kuat untuk mewujudkannya. Jangan ditiru, ya. Â
Merencanakan sesuatu yang hebat seperti apa? Hmm, terus terang sebenarnya saya bisa mengingat rencana yang hebat itu, setelah membongkar buku-buku diary saya zaman lawas, dan menemukan catatan heroik tertanggal sehari sebelum ultah ke-25 saya.
Saya salin saja di sini si rencana hebat itu:
I must do my plan to create an article or a book, named  '25 years old facing the world'. Atau bisa juga 'Dua Puluh Lima Tahun Mengarungi hidup, An autobiography of ordinary girl.' Atau berjudul: Giving Meaning to age 25 (Memberi Arti Pada Usia 25) -- isinya seperti diary day by day positive activities selama satu tahun saat berusia 25 tahun.
Saya juga menulis di diary tersebut: I should more serious facing the world.
Dari catatan itu, kesimpulannya pada usia 25 saya sudah memiliki pemahaman bahwa usia 25 itu memang sesuatu. Saya merasa harus lebih serius lagi dalam hidup. Saya juga merasa usia 25 itu harus diperingati dengan menulis sebuah buku.
Nah, hebat, kan? Sayangnya tanpa realisasi. Alasannya? Sibuk dengan pekerjaan -- hahaha -- klise, nggak, sih?
Usia 25, Bagaimana Dengan Target Menikah?