Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Geng Sekolah, Tak Ada yang Abadi

30 April 2021   23:15 Diperbarui: 12 Mei 2021   05:10 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi teman sekolah. (sumber: pixabay.com/46173)

Sebagai insan yang telah hidup cukup lama di muka bumi, saya memiliki kebiasaan yang mungkin serupa dengan mereka yang sebaya dengan saya yaitu suka mengenang masa lalu, terutama masa-masa sekolah! Ayo ngacung, yang seumuran ... remaja 90's pokoknya, hahaha.

Bisa dimaklumi, kadang dengan berbagai permasalahan hidup yang beragam, juga barangkali kejenuhan, membuat kita butuh hiburan dan salah satu hiburan termurah walau kadang garing, adalah canda tawa teman-teman sekolah yang memenuhi ruang-ruang maya. Ya, obrolan whatsapp di grup sekolah!

Di grup sekolah, semua hal diperbincangkan baik hal aktual macam hoaks vaksin, sampai hiburan ringan seperti pernikahan artis yang dihadiri presiden, atau kisah cinta penyanyi dangdut yang sedang naik daun. Hal menarik lainnya tentu saja jika memperbincangkan kenangan masa di sekolah dulu. 

Kadang bisa jadi perdebatan panjang, karena ingatan yang bertumpuk atau sebaliknya ingatan yang hilang timbul. Ada yang ngeyel kejadian A berakhir seperti B, tapi ada juga yang bersikukuh itu berakhir C. 

Seru kalau sudah eyel-eyelan. Sudah sama tua kok yo masih adu eyel, tapi ya di grup sekolah siapapun mungkin akan merasa kembali muda. Setidaknya, saya merasa seperti itu.

Lebih seru lagi jika ngobrol di grup bersama teman-teman geng sekolah dulu. Wah, grup sekolah berasa dikuasai, yang lain jadi pengamat saja. Menyenangkan, tapi bagi yang bukan se-geng mungkin merasa itu nyebelin.

Saya pernah juga begitu di grup SD. Geng saya dulu namanya Erindy, terdiri dari Eri, Dyah dan Indah. Masuk di grup, hebohlah kami terutama saya dan Dyah. Kalau Eri agak kalem stylenya. 

Tiap malam saya dan Dyah ngobrol di grup sampai nyaris tengah malam. Cekikikan mengenang ulah kami masa SD. Ulah kami waktu SD nggak luar biasa juga sih, malah seingat saya, kami ini merasa jadi geng yang paling cantik dan sok asyik serta disayang guru, wkwkwk, nyebelin ya. 

Selain gaya sok cantik di sekolah, di luar sekolah kami juga main bersama, saling berkunjung, dan belajar kelompok bersama. Pokoknya melakukan kegiatan layaknya anak-anak SD era 80-an.

Hingga kemudian karena satu dan lain hal, Eri dan Dyah leave grup. Rasanya, bagi saya - seperti ada yang mematikan  televisi dalam grup, grupnya jadi sepi. Saya kehilangan walau tak benar-benar kehilangan. 

Eri dan Dyah masih bisa dihubungi via japri atau medsos mereka. Tapi ya, tetap saja I feel something missing -- walau pada praktiknya saya tetap enjoy berinteraksi dengan teman-teman yang lain di grup WA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun