Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Parcel Lebaran Pengalih Rasa Lapar

19 April 2021   05:00 Diperbarui: 19 April 2021   05:07 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hadiah, apapun bentuknya, selalu disukai anak-anak (Sumber: congerdesign/pixabay)

Sehari-hari saat puasa untuk mengalihkan rasa lapar, saya dan kakak mengamat-amati isi parcel tanpa membukanya. Jadi bentuknya adalah keranjang yang di dalamnya diisi aneka makanan kemudian dikemas rapi dengan plastik bening, kadang dipermanis dengan pita-pita, dan tak lupa kartu ucapan dari si pengirim.

Tampilannya sungguh cantik, tapi lebih menarik lagi yang ada di dalamnya. Ada cokelat, permen, biskuit kaleng, sirup, minyak goreng, kecap, dan lain-lain. Kami sibuk memilih dan asyik mengklaim yang mana yang mau kami ambil dan nikmati sendiri.

"Cokelatnya buat aku!"

"Buat aku!"

"Aku!"

Norak banget kan?

Tingkah kami kayak AKB alias Anak Kaya Baru (plesetan dari OKB alias Orang Kaya Baru). Itu masih tahun 80-an di mana barang bagus kan, jarang. Lagi pula sepertinya itulah pertama kalinya ayah saya menerima banyak parcel. Saya juga tidak terlalu ngeh parcel-parcel itu dari mana.

Analisis saya sekarang sih, mungkin waktu itu jabatan ayah sudah lebih baik dari sebelumnya. Sehingga namanya lebih dikenal oleh lingkungan sekitar, termasuk dikenal oleh pemilik toko-toko dan usaha kecil yang kemudian mengirimkan parcel pada kami.

Ini semacam grativikasi kalau sekarang, ya? 

Beberapa tahun sesudahnya, saya mendengar bahwa pejabat dilarang menerima parcel lebaran. Ya, kami kemudian memang tidak menerima banyak parcel lagi di tahun-tahun setelah itu. Tapi kenangan pernah menerima banyak parcel itu selalu menjadi kenangan yang indah bagi sisi anak-anak dalam jiwaku.

Kalau dalam pemikiran sederhana saya sih, wong parcel dikasih bukan minta, kok. Jadi jatuhnya tetap halal, insyaAllah. Kalau kemudian dilarang karena berbagai pertimbangan pemerintah, ya tinggal sebagai warga negara yang baik kita nurut dan menjalankannya saja. Daripada diciduk KPK gegara terima grativikasi, kan?

Nah, demikianlah nostalgia Ramadan termenyenangkan versi saya di masa kecil, bagaimana dengan kamu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun