Mohon tunggu...
Indah Noing
Indah Noing Mohon Tunggu... Lainnya - Maminya Davinci

Ibu rumah tangga biasa, punya 3 krucils, pernah bekerja sebagai analis laboratorium klinik selama 10 tahun. Selalu berharap Indonesia bisa maju dan jaya tak kalah dari negeri yg baru merdeka.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Wonderful Life, Film yang Menyentuh Hati Orang Tua

28 November 2016   13:42 Diperbarui: 28 November 2016   14:16 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Wonderful Life bagus banget, menyentuh sanubariku, suwer kewer-kewer deh (foto: FB Wonderful Life Movies)

Setiap orang tua pasti ingin memiliki anak yang terlahir sempurna. Bahkan saat terlahir sempurna secara fisik pun orang tua tetap menginginkan sempurna  dalam pertumbuh kembangan sang anak. Jujur saja, aku termasuk orang tua yang seperti itu, sering kali berharap anak-anakku tidak hanya sempurna secara fisik namun juga sempurna mentalnya, kemampuan akademisnya, dan lain-lain.

Padahal sering kali aku menjumpai anak-anak dengan kondisi yang tak sempurna, kadang memprihatinkan, membuatku ikut menangis.  Terkadang bila membandingkan anak-anak tak sempurna tersebut dengan anak-anakku, maka aku merasa menjadi  ibu yang lebih beruntung dari pada anak-anak tersebut. Anak-anakku jauh lebih baik keadaannya dari pada anak-anak tersebut. Lalu mulailah aku tersadarkan agar aku lebih bersyukur kepada Tuhan atas karunia-Nya yang diberikan padaku.

 Tidak seharusnya aku menuntut kesempurnaan lebih dari anak-anakku. Namun kesadaran tersebut cuma hangat-hangat tahi ayam, hari ini sadar gak mengomel-ngomel ke anak-anak , maka besoknya bisa jadi aku sudah mengomel-ngomel lagi ke anak-anakku supaya begini supaya begitu. Menuntut mereka lebih sempurna dalam melakukan segala hal.

Ketiga anakku masih kecil-kecil, yang sulung saja baru berusia 10 tahun. Setiap harinya mereka sangat senang bermain, bersepeda, membaca buku dan menggambar, membuat komik dan masih banyak lagi aktivitas berkreativitas lainnya. Namun bila hobbi mereka tersebut membuat nilai-nilai pelajaran di sekolahnya merosot, terkadang aku bagai ibu yang tak baik buat mereka. Kuminta mereka tak melakukan hobbi-hobbinya itu. Pulang sekolah terkadang sudah sore hari, tak boleh bermain lama, tak boleh menggambar atau mewarnai, harus belajar lagi dan lagi, membaca buku pun hanya bila menjelang tidur saja, sebelum jam 9 malam. Aku bukan ibu yang baik kan?

Pernahkah pembaca menonton film Wonderful Life? Adakah yang telah menontonnya merasakan hal yang sama seperti yang kurasakan? Pipiku bagai tertampar saat menonton film ini. Banyak adegan yang di dalamnya langsung menusuk ulu hatiku.  Walaupun di beberapa adegan mengingatkanku akan banyaknya petualangan indah yang kulakukan  bersama anak-anakku. Namun tak menghapus bekas tamparan setelah menonton film ini. Film ini mengajakku untuk berubah dalam cara mendidik anak. Melihat lebih bijaksana lagi, bahwa setiap anak unik diciptakan oleh Tuhan.  Setiap anak mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kita sebagai orang tua tak bisa menuntut setiap anak-anak kita sempurna semuanya, mungkin mempunyai banyak talenta dan pintar di semua hal.

Atiqah Hasiholan dan Sinyo, pemeran utama film Wonderful Life ( foto: FB Wonderful Life Movies)
Atiqah Hasiholan dan Sinyo, pemeran utama film Wonderful Life ( foto: FB Wonderful Life Movies)
Film Wonderful Life ini diangkat dari kisah nyata seorang ibu yang mempunyai anak menderita disleksia. Disleksia menurut Wikipedia, adalah sebuah gangguan dalam perkembangan membaca dan menulis, pada umumnya terjadi pada anak menginjak usia 7 hingga 8 tahun.

Disleksia berasal dari bahasa Yunani, yakni dys (kesulitan) dan lexia (kata-kata), untuk menyebut gangguan yang memengaruhi pengembangan keterampilan literasi dan bahasa. Orang dengan disleksia mengalami masalah belajar spesifik, terutama terkait kata-kata.

Dalam film Wonderful Life ini, Amalia Prabowo ibu dari anak penderita disleksia dibintangi oleh Atiqah Hasiholan. Aqil, si anak penderita disleksia dibintangi oleh Sinyo.  Amalia, seorang ibu muda dengan karir bagus di kantornya dalam bidang periklanan, mempunyai seorang anak yaitu Aqil. Awalnya Amalia, suami dan keluarganya tak mengetahui bila Aqil ternyata mengalami Disleksia.

Amalia dan keluarganya yang mapan memang masih menganggap  normalnya anak seusia Aqil, 8 tahun, semestinya sudah pintar membaca bahkan kemampuan akademisnya setidaknya sama seperti anak-anak seusia Aqil.  Namun Aqil ternyata tak bisa membaca, dalam pikirannya huruf-huruf dalam tulisan bercampur aduk, tidak mudah dibaca apalagi dimengerti. Aqil lebih senang menggambar dan menggambar saja.

Amalia dan keluarganya menganggap Aqil sakit sehingga ia terlihat berbeda dari anak-anak lainnya. Hingga kemudian terungkap dari  hasil test psikologi  bahwa Aqil mengalami disleksia. 

Hati ibu mana yang tak pilu mengetahui anaknya mengidap disleksia? Apalagi disertai dengan tuntutan dari sang mertua yang mengharuskan cucunya harus pintar di bidang akademis, bahkan menawarkan dengan kekayaan yang dimilikinya bisa membayar biaya Aqil berobat agar bisa normal seperti anak-anak umumnya. Banyak ketegangan yang ditimbulkan akibat dari kelainan Aqil.  Amalia bersitegang dengan suaminya, juga dengan mertuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun