Mohon tunggu...
Indah Kusuma
Indah Kusuma Mohon Tunggu... Penulis - Penulis wattpad

Menulis adalah saat dimana aku bersenang-senang dengan kata. Menuangkan alur kehidupan yang mengalir dalam imajiku, bagai candu yang tak berkesudahan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Mustika Nyi Roro Kidul (3)

5 Juli 2019   09:12 Diperbarui: 5 Juli 2019   09:28 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover by Indah Kusuma


Penulis : Indah Kusuma
Genre : Fantasy

Bab 3
***

Putra terperanjat ketika melihat harimau benggala mengaum di depan mata. Hewan buas itu tampak gagah. Keempat kakinya melangkah tegas. Kuku-kuku tajam yang siap mengoyak raga. Belum lagi taring-taring berkilat yang dengan senang hati ingin menembus kulit, daging, dan mematahkan tulang-belulang lelaki itu.

Dia menelan saliva. Peluh berlomba terbit di kepala. Ketakutan yang dia pikirkan, nyata sudah. Jika dia berlari, harimau itu jelas akan semakin beringas. Namun, diam juga bukan pilihan yang benar. Setidaknya, ada perjuangan sebelum napas terhenti.

Putra berjalan mundur sebelum mengambil langkah seribu, menembus semak belukar dan berbagai flora Alas Purwo. Pria itu mulai ragu akan jalan keluar. Tak ada secercah asa yang tampak. Tanpa sadar, dia semakin terjerumus lebih dalam ke tengah rimba. Berlari tak tentu arah hingga terjerembap akibat akar pohon yang membentang.

"Aaak!"

Napasnya terengah, peluh bercucuran membasahi sekujur tubuh. Kain yang dia kenakan, tak lagi suci. "Ya Allah, bantu aku."

Geraman harimau kembali terdengar. Sedikit lebih pelan daripada sebelumnya. Mungkinkah hewan buas itu berangsur tenang dan mengabaikan, atau malah hendak mengambil ancang-ancang sebelum menerkam?

Teringat akan tayangan Wild Animals, Putra putus asa. Tubuh harimau itu lebih besar darinya. Bila benar dia sedang mengambil posisi, maka habislah sudah. Harimau itu akan menindih, lalu mengunyah satu per satu dagingnya, seperti rusa yang tercabik berlinang air mata.

Putra menoleh ke belakang. Masih di sana. Semakin dekat. Sang harimau mengaum begitu keras seolah berkata, "Dia milikku!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun