Tren berwisata saat ini adalah nomadic tourism atau wisata embara. Menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, tren wisata ini bisa menjadi potensi besar untuk perkembangan sektor wisata di Indonesia. Jenis nomadic tourism yang dibesar-besarkan adalah glamour camping atau 'glamping' dengan konsep mewah tetap dengan sentuhan alam.
Glamour camping pada dasarnya sama saja dengan berkemah seperti pada umumnya. Lalu, apa yang membedakan? Terdapatan sematan kata 'glamour' yang menandakan kesan mewah alias fasilitas  dan layanannya bak hotel berbintang.
Bagaimana bisa kemah di lingkup alam tapi dengan fasilitas hotel bintang? Tentu bisa. sudah banyak camping ground-camping ground yang menawarkan jasa untuk membantu melaksanakan 'glamping' ini. Dilengkapi fasilitas yang "lebih" dari kemah sekedarnya.
Dilansir dari CNNIndonesia, Arief mengatakan glamour camping sekarang menjadi tren wisata, bahkan di dunia. Ia menuliskannya dalam tulisan berjudul "Nomadic Tourism". Kementrian Pariwisata juga menyampaikan sebuah rekomendasi untuk regulasi perizinan dan pemanfaatan Taman Nasional sebagai lokasi glamour camping kepada Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Galih Donikara, seorang pegiat alam liar dan sesepuh Eiger Adventure Service Team (EAST) bilang kalau tidak ada masalah, asal etika konservasinya masih digunakan. Menurutnya, "gampling harus didasari dengan edukasi wisata."
Kelemahan bangsa kita adalah ketika membeli tiket maka sudah merasa "membeli" seluruh kawasan itu. Mereka menganggap membuang sampah sembarangan sebagai hal yang wajar, alasannya karena sudah bayar. Sangat disayangkan.
Sebenarnya masih banyak pengelola yang sungkan untuk menegur, misalnya pejabat membuang puntung rokok sembarangan. Sebenarnya selain etika pengunjung wisata, pengelola patrolinya juga perlu dibenah dan diberi pencerdasan.