Mohon tunggu...
Indah Hartini
Indah Hartini Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga dan seorang guru SD

Indah hartini merupakan seorang ibu rumah tangga dan pendidik. Hobby menulis novel. Buku yg telah diterbitkan "tasbih cinta di langit Moskow" (nourabook), "serpihan cinta hollandia", "karena Allah tak mengizinkan", "sujud hati di ujung subuh", "fabel mimpi obit" (diva press), "bidadari Annisa" (gema insan), "senja di ujung roma", "selendang putih tugu anno" (Kekata publisher), th 2020 juara favorit "menulis surat nasional" (diselenggarakan Funbahasa).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bidadariku Anisa

30 Oktober 2017   11:21 Diperbarui: 30 Maret 2022   01:15 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Nisa Putriku. Dia darah dagingku. Aku tak akan malu memilikinya. Aku bangga menjadi ibunya." Kataku lirih sembari menahan laju air mata. Suamiku tersenyum. Ia mengecup keningku dengan lembut.

"Alkmdulilah, naiklah." Suruh suamiku. Dengan menggendong si kecil Fira, aku pun ikut bersama suamiku.

"Kita harus cepat-cepat sebab Nisa mendapat nomor undian 3." Kata suamiku sambil terus menyetir.

Syukur alkmdulilah sesampai disana Nisa baru naik panggung. Semua memberi semangat pada Nisa. Mulai dari teman-teman ngaji, gurunya dan semua penonton. Banyak sekali yang sayang pada Nisa, sementara aku justru menyiakanya.

"Nisa semangat." Teriak seorang anak kecil seusia Nisa.

"Nisa...Nisa..Nisa." Sambung yang lain.

"Nisa sayang, semangat." Teriak suamiku sambil membawa poster bertuliskan nama Nisa. Bidadariku tersenyum optimis. Aku melambaikan tanganku dan menahan tangis.

"Nisa....nisa...dia adalah seorang anak yang luar biasa. Terimakasih ya Allah, telah Engkau percayakan Nisa kepadaku," Ucapku lirih. Nisa dapat membaca Al-qur'an denagn sanagt indah hingga membuat semua juri dan para penonton terpukau. Air mataku terus menitih, baru kali ini aku sadar betapa indahnya suara Nisa. Selama ini aku tidak pernah peduli sampai mana ia belajar nganji dan dari siapa ia bisa pandai qiro'ah. Usai tampil, Nisa langsung turun dari panggung dengan langkah tertatih-tatih dan kemudian memeluk suamiku dengan manjanya.

"Ayah...terimakasih sudah datang",ucap si kecil dipelukan ayahnya.

"Nisa, bagus sekali suaramu. Ayah bangga pada nisa", ucap suamiku. Aku memandang putri sulungku dan ia balas memandangku namun tak segera memelukku karna saat itu ada Fira digendonganku. Aku segera memberikan Fira pada suamiku dan kupeluk Nisa bidadari hatiku. Subhanallah,kehangatan terasa merasuki tubuhku ketika Ia membalas pelukanku.

"Nisa sayang, maafkan bunda. Maafkan semua sikap bunda. Mulai sekarang bunda akan menyayngimu seperti bunda sayang pada dek Fira. Kamu boleh menghukum bunda asal bisa menebus semua kesalahan bunda. Nisa sekali lagi maafkan bunda, kamu banyak memberi pelajaran kepada bunda. Nisa...jangan benci pada bunda," ucapku lembut, entah dia mengerti atau tidak. Nisa terus memelukku. Tanpa berkata-kata ia mencium kedua pipiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun