Setelah hujan dan sunyi
selalu saja ada debu yang tak basah,
berselimut tipis di kulit waktu.
Debu yang lebih unggul dari usia,
lebih lembut dari sentuhan
para pendoa.
Debu yang membalut baju kesayangan, sejak mengenal pergaulan,
seperti belukar memeluk tubuh cemara.
Tak ada angin bertiup, tak ada!
Dikupas sekerat demi sekerat,Â
sebab belenggu musti dikoyak
tangan sendiri.Â
Jalan kebebasan cuma telanjang,
atau berpedih-perih, ditelanjangi.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!