Kurasakan getar merambati nadi.
Tiada akan surut sungai itu menyerahkan arusnya
seperti alir menemukan laut,
sesederhana Cinta-Nya kepada hakikat.
Sabda, kata, kemudian sebuah ledakan.
Apatah sajak?
Aku masuki kesedihan dan duka,
atau lebih persisnya: diriku.
Kursi di hadapan meja saling bertatapan
kosong dari bahasa, penuh dengan tanda.
Penyair mampir menyerahkan makna
lalu sembunyi lagi dalam rahasia.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!