Mohon tunggu...
Indah budiarti
Indah budiarti Mohon Tunggu... Guru - https://www.kompasiana.com/indahbudiarti4992

Guru biasa dalam kesederhanaan. Berani mencoba selagi ada kesempatan. Menulis untuk keabadian.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengerti Rekoleksi

20 Februari 2021   01:30 Diperbarui: 20 Februari 2021   02:05 2007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu hari, sekolah di tempatku mengajar mengadakan kegiatan rekoleksi yang entah untuk yang  keberapa kalinya. Karena terus terang, aku tidak pernah mengingatnya kapan sebenarnya kegiatan ini diadakan. Yang aku tahu sebelumnya bahwa rekoleksi  adalah kegiatan kerohanian. Ya, aku memang mengajar di sebuah sekolah yang bercirikan Katolik, SD Xaverius 2 Jambi. 

Rekoleksi berasal dari bahasa Inggris yaitu recollect yang berarti mengingat kembali atau mengumpulkan kembali. Rekoleksi adalah khalawat pendek selama beberapa hari. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) khalawat artinya adalah pengasingan diri untuk menenangkan pikiran atau mencari ketenangan batin dan juga merupakan salah satu kegiatan melatih hidup rohani, menumbuhkan rasa ingin berubah menuju ke arah yang lebih baik.

Yang aku ingat, beberapa tahun yang lalu bahwa kegiatan rekoleksi ini memakan waktu beberapa hari. Seluruh guru dan karyawan diwajibkan mengikuti kegiatan ini. Sebelum terjadi pandemi covid 19, kami semua dapat berkumpul di sebuah tempat khusus bersama-sama dalam kegiatan rekoleksi ini. Untuk sementara kami terbebas dari rutinitas mengajar.

Oh ya, aku juga ingat, bahwa murid-murid juga wajib mengikuti kegiatan ini, terutama untuk murid kelas enam. Membekali rohani dan jiwa mereka agar siap menghadapi masa depan dan siap mengikuti pendidikan di jenjang yang lebih tinggi.

Namun kali ini, kegiatan rekoleksi bagi guru dan karyawan agak berbeda. Waktu yang disediakan tidak sampai berhari-hari. Hanya beberapa jam saja. Sekolah tentunya telah mempertimbangkan hal ini dengan baik. Di tengah-tengah kesibukan mengajar secara daring, sepertinya kami butuh diingatkan kembali.

Bersama ketua yayasan Xaverius Palembang yang menaungi SD Xaverius 2, Romo RD Gading J. Sianipar, kami diajak beliau untuk saling berbagi. Tentu saja kegiatan ini dilaksanakan secara virtual, melalui zoom meeting dan diikuti ratusan guru dan karyawan yayasan Xaverius Palembang. Sayang sekali kami tidak bisa bersama-sama dalam satu ruangan seperti pada rekoleksi sebelumnya. Akhirnya kami dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil dengan ruangan yang berbeda.

Dari beberapa paparan yang disampaikan oleh Romo Gading, aku tertarik pada bagian karbon hitam dari sebuah pensil. Ya, Romo Gading mengangkat tema rekoleksi kali ini dengan "Belajar Dari Sebatang Pensil".                                                                                                                 

Mengapa dari sebatang pensil, bukan sebatang pena atau penggaris? Hmm..setelah aku ikuti kisah sebatang pensil ini, sangat menarik. Menjadi refleksi bagi hidup seseorang. Ada lima inspirasi hidup yang dapat dipetik dari pensil, antara lain ada tangan yang menggerakannya, ada saat untuk dipertajam, ada penghapus yang menemani pensil yang akan memperbaiki tulisan yang dihasilkan,ada tulisannya yang meninggalkan bekas goresan dan ada karbon yang terdapat pada bagian dalam pensil.

Pensil dapat meninggalkan goresan baik itu berbentuk tulisan atau gambar. Sama seperti hidup kita yang akan meninggalkan goresan baik atau buruk sebelum kita pergi meninggalkan dunia yang fana ini. Dalam sebatang pensil, ada karbon yang akan menggoreskan sesuatu.

Karbon inilah yang menjadi bagian terpenting pada pensil, bukan tampilan pada bagian luar pensil. Sama seperti diri kita, tubuh dan penampilan yang kita miliki bukanlah yang terpenting, namun hati, pikiran, dan jiwa kita yang paling utama.

Romo Gading menjelaskan bahwa kita sebaiknya memperbaiki kualitas diri terutama dari bagian dalam diri kita, yaitu hati dan pikiran. Ehh, bukan berarti kita tidak memedulikan penampilan luar ya..? Perlu juga loh, supaya tidak kehilangan kepercayaan diri, tapi jangan terlalu berlebihan apalagi sampai menipu diri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun