Mohon tunggu...
Indah Arum Safitri
Indah Arum Safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berpikirlah positif, tidak peduli seberapa keras kehidupanmu -(Ali bin Abi Thalib)

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kenali Lebih Dekat dengan Ecobrick

14 Juni 2021   11:21 Diperbarui: 14 Juni 2021   11:36 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ecobrick pertama kali diperkenalkan oleh seniman Kanada, Russel Maier setelah menyelesaikan proyek eco-brick di Indonesia. Ide ini muncul ketika Maier sedang mencari cara untuk menangani banyak plastik bekas di lingkungan. Hingga suatu hari, saat berada di Sagada, Filipina, ide ini muncul.

Maier tahu bahwa plastik itu tahan air, tahan lama, dan tidak mudah rusak, sehingga hanya sedikit orang yang tahu bahwa plastik itu tahan peluru. Dengan melihat karakteristik dasar dari plastik ini, mengapa tidak mengompres plastik menjadi sesuatu yang lebih praktis? Ecobrick ekologis lahir. 

Cara membuatnya mudah 

Yang Anda butuhkan hanyalah botol bekas, tumpukan plastik bekas, gunting, dan tongkat kayu. Potong plastik bekas menjadi potongan-potongan kecil, masukkan ke dalam botol, dan padatkan dengan tusuk sate kayu sampai benar-benar padat. Jika botolnya penuh, batu bata ramah lingkungan sudah siap.

Orang beranggapan bahwa eco-brick memiliki banyak manfaat, terutama dalam hal pembuangan sampah. Dikatakan bahwa sebotol Ecobrick ekologis dapat berisi hingga 2,5 kg plastik, cukup untuk mencemari lapangan sepak bola. Ide eco-brick juga telah diadopsi oleh berbagai komunitas peduli lingkungan untuk melindungi nasib bumi, mengurangi risiko bencana, serta melindungi dan menggunakannya secara ekonomis. 

Banyak masyarakat juga telah melakukan pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah sampah plastik melalui eco-brick yang dianggap sebagai salah satu proses pengolahan plastik menjadi produk ramah lingkungan. Ecobrick juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti membuat furnitur, partisi, dinding, dan yang saya lihat adalah pintu. Seperti namanya, batu bata ini benar-benar mengacu pada batu bata yang biasa digunakan pada bangunan. Hal ini tentu berlaku bagi banyak orang.  

Pemisahan Sampah?

Tren populernya eco-brick sebagai "isolator limbah" juga telah mengglobal dan diadopsi oleh berbagai kelompok perlindungan lingkungan, yang memang patut dipertanyakan. Salah satunya, apakah eco-brick solusi sampah, atau mungkin eco-brick hanya ilusi pembuangan sampah? 

Suatu hari, ketika Maier bersama istri dan istrinya Ani Himawati mengunjungi Desa Ecobrick di Desa Kebonmanis, ia menekankan bahwa bahan yang digunakan untuk pembuatannya adalah plastik, bukan "sampah plastik". 

Sampah plastik dan plastik bekas berbeda. Plastik bekas dapat digunakan kembali, dan limbah adalah produk akhir yang tidak dapat digunakan atau didaur ulang. Ia juga mengedukasi untuk tidak menggunakan istilah "sampah", yang akan mempengaruhi perilaku masyarakat dalam membuang plastik bekas. 

Bagi Maier, mendaur ulang plastik bekas tidak menyelesaikan masalah plastik. Karena daur ulang plastik pada akhirnya akan mengirim plastik ke biosfer dalam proses satu arah. Di sisi lain, eco-brick bisa menjadi cara instan untuk memanfaatkan sampah. Namun, sebenarnya tidak mengurangi sampah, hanya menunda pemborosan. Plastik bekas tidak akan hilang atau kurang, hanya akan berubah bentuk saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun