Mohon tunggu...
indah tri winarni
indah tri winarni Mohon Tunggu... Guru - https://indahtriwinarni.wordpress.com/

https://indahtriwinarni.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meresahkannya Kasus Bullying

21 Februari 2020   08:42 Diperbarui: 21 Februari 2020   08:48 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Akhir-akhir ini dunia pendidikan Indonesia menjadi sorotan karena beberapa kasus perundungan yang viral di dunia maya. Perundungan atau bullying adalah tindakan kekerasan, paksaan, atau ancaman yang dilakukan untuk mengintimidasi orang lain. Biasanya perundungan dilakukan oleh anak kuat terhadap anak yang lebih lemah di sekolah. 

Arti kuat tersebut bisa dari segi fisik, finansial, akademik, penguasaan wilayah, dan sebagainya. Di Indonesia sendiri, tercatat beberapa kasus perundungan yang menghebohkan masyarakat. Mulai dari satu lawan satu sampai pengeroyokan. Perundungan verbal maupun nonverbal. Dengan penyelesaian kekeluargaan hingga berujung kurungan penjara.

Seorang anak dengan riwayat korban perundungan bakal cepat pulih setelah pelakunya dihukum seberat-beratnya, itu adalah anggapan salah. Bahkan perundungan memberikan dampak yang  dapat menghantuinya seumur hidup. Anak akan mengalami gangguan psikologis ringan sampai akut. Dilansir dari situs Alodokter.com, seorang anak korban perundungan berpotensi mengalami gangguan mental. 

Seperti depresi, kecemasan kronis yang ditandai dengan rasa khawatir dan tegang yang berlebihan (generalized anxiety disorder), ketakutan ketika di tempat umum karena merasa dikucilkan dan sasaran perundungan (agorafobia). Dampak psikis dari korban perundungan memang harus segara diobati. 

Selain proses penyembuhannya lama, bila tidak segera diatasi, korban perundungan bisa mengalami penyakit jiwa (gila) atau lebih fatal lagi menyebabkan kematian. Banyak dari mereka mengalami pergulatan batin, lalu menarik diri dari keramaian. Karena tidak mampu mengatasi, mereka lebih memilih bunuh diri.

Selain menyerang psikis, perundungan mampu menurunkan akademi anak. Karena otak terlalu banyak berpikir keras akibat perundungan atau anak tidak mau ke sekolah karena ketakutan. Korban perundungan juga dapat melakukan tindakan kejahatan, seperti mencoba obat-obatan terlarang, meminum alkohol, atau melakukan kekerasan sebagai tindakan balas dendam. 

Penanganan korban perundungan harus benar-benar diprioritaskan, karena menyangkut masa depan anak. Selain korban, ternyata pelaku perundungan juga harus ditangani secara sungguh-sungguh. Alasan-alasan mereka terkadang masuk akal (menurut sudut pandang psikologis) bila sampai melakukan perundungan. Tetapi tetap saja itu tidak dibenarkan.

Seorang anak melakukan perundungan didasari berbagai hal. Pertama bisa karena faktor lingkungan. Anak dengan keluarga dan lingkungan sekitar yang selalu memerlihatkan kekerasan, berkemungkinan mencontoh apa yang dilihatnya. Apalagi jika anak tersebut sudah mengalami kekerasan (korban perundungan). 

Kurangnya kasih sayang juga berpengaruh besar. Banyak kasus anak pelaku perundungan berasal dari keluarga broken home atau sedikitnya intensitas berkumpul bersama keluarga. Hal tersebut menyebabkan seorang anak kurang bisa berempati kepada orang lain. Ia cenderung mencari perhatian dengan caranya sendiri (bisa secara kasar). 

Kedua, bisa dari anak itu sendiri. Seperti ia merasa menjadi anak superior yang mampu melakukan apapun, jika ada anak lain yang menandinginya, membuatnya tidak terima dan melakukan perundungan. Atau karena si korban memiliki perbedaan dengan dirinya, seperti beda pendapat, penampilan, gaya hidup, dan lain-lain. Anak dengan kesulitan mengendalikan emosi, bisa juga berpotensi melakukan perundungan.

Perundungan sudah sangat meresahkan, khususnya bidang pendidikan. Peran pemerintah dalam menangani kasus perundungan sangat dibutuhkan. Pemerintah menindak tegas bagi pelaku perundungan dan mendukung memulihkan korban perundungan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun