Mohon tunggu...
Ann Revano
Ann Revano Mohon Tunggu... Human Resources - Melabuh Menembus Imajinasi Dini

Pekerja │ Single Parent │ Perempuan Peka Pecandu Kopi Hitam Tanpa Gula │ Si Kaum Kalajengking Yang Senang Menyendiri dan Bersembuyi Dalam Cangkang Rahasianya │ Penyuka Diskusi Tentang Tuhan dan Kehidupan │ Pemilik Mimpi 'Suatu Hari Menjadi Penulis Novel'

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Selamat Bertambah Satu Angka

23 Oktober 2020   08:22 Diperbarui: 23 Oktober 2020   08:41 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Lelakiku kuberi nama yang berarti gagah pemberani dan istimewa."

Di sebuah Rumah sakit ibu dan anak di bilangan Jakarta Selatan, empat belas tahun lalu di kala gema takbir idul fitri berkumandang, eranganku semakin hebat hingga menggigit tiang besi infus di sampingku. Dalam satu hentakan nafas terakhir, tangismu pecah menandakan engkau selamat menjejakkan kaki di bumi sebagai salah satu dari jutaan lelaki yang di harapkan menjadi manusia hebat di masa depan.   

Dengan mata yang masih enggan terbuka, bibir mengatup, kau gerakkan pipi mungilmu dan menyiratkan sebuah senyuman setuju denganku bahwa dirimu adalah rahmat luar biasa yang pertama kali tuhan beri di seumur hidupku.

Meski kau lahir di tengah antagonisme dua kepala, di antara keyakinan yang terhimpit dan keharmonisan yang tercerai-berai, hadirmu pijar cahaya yang memegahkan langit melanting takdir. 

Musim terus berganti, tahun berganti tahun, tubuhmu tumbuh tinggi tak terkendali dan pemikiranmu menajam memecah tenang. Meski tak satupun bentuk dari parasmu yang menyerupaiku, namun keras kepalamu sungguh sekeras aku, caramu melantang pada siang, gayamu melembut pada malam, kamu adalah aku, aku adalah kamu. 

"Dan engkau adalah cinta yang tak akan pernah membuatku lelah dan menyerah. Darimu aku belajar mengikat amarah dan keakuanku. Karenamu aku berdamai dengan luka yang melahirkanmu".

Hidup tidak sesederhana yang kau jalani saat ini.  Engkau darah baru setampuk pinang. Kaki mu belum menapak pada rumitnya realita.  Suatu hari kau akan tahu rasanya berjuang, meneteskan keringat, bertarung dengan waktu yang mengejarmu, mengucap sumpah serapah atas rentetan kegagalan yang siap menjegal, meruntuhkan asa dan merapuhkan jiwa ragamu.  

Banyak ketidakadilan yang akan merajam dan persoalan tidak selalu tentang hitam dan putih, tak semua dapat di mengerti dan memiliki jawaban. Ada kala kau di paksa menyelaraskan langkah, berdamai dengan apapun keadaan tanpa menggadaikan jati diri dan kejujuran. Peluklah  kuat agamamu, jadikan itu sebaik-baiknya fondasi.  

Jangan biarkan corong kehidupan menggulung dan merobek-robek nilai kebajikan yang pernah tertanam. Jika kau terpaksa menjadi lemah dan cengeng, tak perlu malu, jadikan itu cemeti dalam menghimpun ulang kuatmu. Bergeraklah dengan prinsip-prinsip yang bisa menuntunmu meraih pencapaian tertinggi, bukan untuk aku, semata untuk banggamu sendiri. Dan semoga kelak namamu menjadikanmu seorang petarung, pendobrak batas, peraih mimpi-mimpi.      

Suatu hari, aku .. senyawamu akan meninggalkan duniawi, namun percayalah, aku selalu ada menyatu di guratan nadimu.  

Karena kamu adalah aku

Dan aku adalah riak degubmu

Selamat bertambah satu angka, champ!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun