Mohon tunggu...
Inayah Hanum
Inayah Hanum Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya menyukai dunia tanaman. Tapi juga mulai menyukai menulis dan bergabung di grup-grup menulis. Orang bilang saya pendiam. Namun, dalam diam saya ingin mempunyai karya. Harapan saya saat ini bisa mengajak anak didik saya juga menyukai menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Manfaat Memaafkan setelah Marah

15 November 2022   21:54 Diperbarui: 15 November 2022   22:44 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Marah merupakan reaksi yang ditunjukkan seseorang kala mendapati kondisi yang bertentangan dengan harapan atau keinginannya. Reaksi yang muncul ini biasanya berbentuk emosi yang spontan.

Orang tua yang memiliki anaknya yang masih kecil kadang terjebak dalam kondisi emosi marah. Demikian pula guru dengan muridnya. Orang tua atau guru kadang merasa anak atau muridnya begitu sulit dididik dan diarahkan. 
Anak atau murid ada yang justru cenderung melakukan sesuatu  yang dilarang orang tua atau gurunya. 

Ketika dinasihati alih-alih berubah lebih baik kadang masih mengulangi atau bahkan melakukan kesalahan yang lain. 


Kondisi seperti ini membuat orang tua atau guru menjadi emosi. Anak atau murid kembali dimarahi dan terus begitu seolah tak ada perubahan. Akhirnya, orang tua atau guru menjadi lelah dan melabeli anak atau muridnya itu bandel. 
Jika kita renungkan sebenarnya tidak mutlak kesalahan ada pada anak. Orang tua atau guru kadang harus rela berkompromi dengan kondisi anak. Orang tua atau guru harus mau berdamai dengan situasi. Langkah awal yang harus dilakukan adalah memaafkan kesalahan mereka terlebih dahulu.
Dalam situasi seperti itu memaafkan bukanlah perkara mudah. Namun, saat hati berdamai dengan kesalahan anak atau murid hati menjadi lebih tenang. Dan ternyata dalam Islam diajarkan bahwa ridhonya orang tua itu juga ridhonya Allah.

Saat orang tua atau guru memaafkan anak atau muridnya itu Allah juga memaafkan. Sehingga hati anak tersebut akan terbuka.  Mudah menerima nasihat dan pengarahan. Walaupun kita berbicara dalam konteks marah namun karena ada tahapan memaafkan terlebih dahulu maka kata-kata yang kita ucapkan pun mengandung kebaikan. 


Namun jika tidak ada tahapan memaafkan kesalahan anak terlebih dahulu maka yang terjadi adalah sebaliknya. Kemarahan orang tua juga kemarahan Allah. 
Hati anak akan tertutup sehingga saat dinasihati tidak bisa menerima dengan baik. Hatinya terkunci. Apalagi kata-kata yang diucapkan orang tua atau guru itu buruk karena penuh emosi. Wajar saja jika anak tetap tak berubah dan selalu melakukan kesalahan berulang kali.
Memaafkan tak semudah membasuh muka. Tetapi dengan memaafkan kesalahan mereka akan membasuh dan menyejukkan  hati mereka sehingga akan menjadi lembut dan mudah tersentuh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun