Mohon tunggu...
Inayat
Inayat Mohon Tunggu... Swasta - Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat

Hobby menulis hal hal yang bersifat motivasi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ketika Rasa Bangga Terselip Atas Diri

28 Maret 2023   11:00 Diperbarui: 28 Maret 2023   11:02 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika Rasa Bangga Terselip Atas Diri

Tidak ada kesendirian yang lebih mencekam daripada kesendirian yang dihasilkan oleh ujub,'' demikian nasihat Nabi SAW kepada Ali bin Abi Thalib menjelang wafatnya., dan ujub sendiri satu akar kata dengan kata ajaib  "hal-hal yang mengherankan" dan ta'aajub "sikap mengagumi". Dengan kata lain, ujub adalah sikap melihat diri sendiri sebagai ajaib dan menakjubkan lalu muncul  perasaan angkuh dan merendahkan orang lain inilah pengaruh pertama yang timbul akibat  "i'jaab bin Nafsi" alias bangga akan diri sendiri  karena acapkali seorang yang membanggakan diri akan menjurus kepada sikap peremehan akan jiwanya dengan menghilangkan  melakukan perenungan/muhasabah, dan keadaan itu semakin lama akan semakin menambah akutnya penyakit, sampai pada tahap mudahnya mencela dan mengecilkan orang lain. Itulah yang dinamakan angkuh "ghuruur", dan malah virusnya akan  terus naik merayap  sampai membentuk perasaan merasa lebih tinggi dari rang lain, itulah sikap yang sering disebut dengan istilah  sombong (takabbur).

Ada pula kesenangan diri  disebabkan keyakinan bahwa perbuatan baik itu sudah merupakan sifatnya dan dialah pelaku perbuatan itu, lalu  mengagung-agungkan dan menyukainya, dan memandang dirinya bebas dari segala  kekurangan sehingga seolah-olah telah memberi kebaikan kepada Allah dengan perbuatan itu; semua itu berubah menjadi ujub. 

Jadi bila kita rumuskan ujub sesungguhnya adalah sebuah  tindakan mengagung-agungkan dan membesar-besarkan perbuatan baik yang telah dilakukannya , perasaan puas dan senang dengannya, tersipu bahagia jika pujian dialamatkan  bahkan  merasa terbebas dari kekurangan pada akhirnya melahirkan sikap angkuh, padahal yang seharusnya dilakukan adalah  selalu melumuri diri dengan dosa "zayyinu-u anfusakum bil ma'siyah, wa laa tazinuu anfusakum bil 'ibaadah"  'hiasilah diri kalian dengan dosa dan jangan dihiasi dengan ibadah.

Ini merupakan ajaran  dalam ilmu  tasawwuf, sehingga tidak bisa dimaknai secara harfiyah merupakan tarbiyah kedewasaan  ruhani agar manusia tidak merasa memiliki sifat angkuh, sombong seolah olah merasa paling bersih ,paling suci,  merasa banyak amal kebaikannya,  ajakan ini supaya tidak  merasa sudah sholeh mengapa demikian?  karena jika menanamkan banyak dosa maka manusia akan selalu mawas diri dalam melakukan aktifitas social  terhindar dari sikap ke-akuan akan dirinya, tak akan pernah terlintas menimbang status yang dimiliki karena yang selalu ditampakkan sikap kesederhanaan, kebersahajaan,  selalu memposisikan dirinya pada level maqam fakir alias serba kekurangan dalam amal  justru  akan selalu termotivasi untuk belajar terhadap orang lain dengan menanamkan rasa cinta sebagai  bentuk ekspresi untuk  menambah jumputan amal kebaikan 

Tapi pernahkah kita mengagumi terhadap diri sendiri, kagum atas kekayaan yang dimiliki, kagum atas kecantikan, kagum akan kepandaian, atau kagum atas amalan yang diperbuat   ketika sikap ini sudah menyeruak pada bathin kita maka waspadalah akan terselipnya  rasa bangga diri "ujub"  yang bisa membinasakan dari sikap ini melahirkan  sifat sombong, ingat tiga hal yang akan membinasakan "kekikiran yang diperturutkan, hawa nafsu yang diumbar dan kekaguman seseorang pada dirinya sendiri." (HR. Thabrani), dan yang lebih mengerikan, penyakit bangga diri ini bahkan bisa menimpa orang-orang yang tidak melakukan perbuatan dosa  mereka yang menjaga kesucian diri, melakukan berbagai hal yang diperintah Allah, menjauhi apa yang dilarang Allah, namun hatinya mengagumi ketaatannya sendiri, dan hal ini sungguh lebih besar kerusakannya daripada orang yang berbuat dosa namun menyadari dirinya hina

Atas dasar tersebut ada baiknya kita renungkan nasehat dari Ibnul Qayyim Al-Jaujiyyah dalam qaulnya yang sangat dikenal "Bahwa orang yang tertidur dimalam hari dan tidak mengerjakan kebaikan apapun, tidak mengerjakan sholat tahajud namun  menyesal dipagi harinya adalah jauh lebih baik daripada orang yang melaksanakan shalat tahajud namun berbangga diri dipagi hari karena tahajudnya" ini sebuah amtsal yang sarat dengan muatan pembelajaran supaya terhindar dari merasa hebat, dan bangga tehadap amalaiyah yang telah dilakukan. Wallahu A'lamu

Kreator: Inay Thea-Cileungsi Bogor Jawa Barat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun