Mohon tunggu...
Inas Khairunisa
Inas Khairunisa Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Economic Education UNJ'18

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Belanja Pemerintah Naik Selama Pandemi, Maukah Rakyat Membayar?

22 Juni 2020   14:19 Diperbarui: 22 Juni 2020   14:40 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pemberian diskon tarif bagi pengguna listrik bertegangan 450V dan 900V bersubsidi. Tercatat ada 24 juta pengguna listrik bertegangan 450V yang akan dibebaskan untuk pembayaran tarif dasar listriknya, lalu untuk pengguna listrik bertegangan 900V sebanyak 7 juta pengguna akan diberikan keringanan biaya listrik sebesar 50% untuk bulan April-Juni 2020.

Bantuan sosial khusus untuk 2,6 juta jiwa atau 1,2 juta Kepala Keluarga (KK) warga di DKI Jakarta dan 1,6 juta jiwa atau 576 ribu KK warga Bodetabek berupa sembako setara Rp 600 ribu/bulan selama tiga bulan.

Program bansos dana desa yang ditujukan untuk 10 juta keluarga dengan nominal Rp 600 ribu/keluarga yang dilakukan selama tiga bulan dengan total anggaran Rp 21 triliun, dsb.

Berdasarkan data di atas, akumulasi anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah telah mencapai ratusan bahkan ribuan triliun rupiah, maka anggaran yang dibutuhkan juga meningkat drastis.

Menurut Teori Peacock dan Wiseman, teori ini mendasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa memperbesar pengeluaran, sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut. 

Peacock dan Wiseman mendasarkan teori mereka pada suatu teori bahwa masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak, yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami besarnya pungutan untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Jadi, masyarakat menyadari bahwa pemerintah membutuhkan dana untuk membiayai belanja negara, sehingga mereka mempunyai tingkat kesediaan untuk membayar pajak. 

Dalam teori ini, terdapat Efek Penggantian (The Displacement Effect), yaitu adanya gangguan sosial yang menyebabkan aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas pemerintah. Untuk mengatasi gangguan tersebut, pemerintah tidak cukup jika hanya mengandalkan dari sektor pajak, melainkan harus meminjam dana dari luar negeri.

Lalu, setelah meminjam utang dari luar negeri, muncullah kewajiban untuk melunasi utang dan membayar bunganya. Pengeluaran pemerintah semakin bertambah bukan hanya karena GNP bertambah, tetapi karena adanya kewajiban baru tersebut. Akibatnya adalah pajak tidak menurun kembali ke tingkat semula, meskipun gangguan sudah berakhir.

Jadi, berbeda dengan pandangan Wagner, Sollow, dan Musgrave yang kurvanya eksponensial, kurva Teori Peacock dan Wiseman ini mengatakan bahwa pengeluaran pemerintah digambarkan berbentuk seperti tangga, karena adanya kendala toleransi pajak.

Ketika masyarakat tidak ingin membayar pajak tinggi yang ditetapkan pemerintah, maka pemerintah tidak bisa meningkatkan pengeluarannya, meskipun pemerintah senantiasa ingin menaikan pengeluarannya.

Selama pandemi ini, peningkatan belanja pemerintah untuk memberikan bantuan sosial dan subsidi kepada warga kurang mampu yang terdampak wabah COVID-19 ini tentunya akan menimbulkan konsekuensi di kemudian hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun