Mohon tunggu...
NASRUDDIN OOS
NASRUDDIN OOS Mohon Tunggu... melalang buana, kerja g jelas kuliahpun tidak jelas -

Ah, Gelap

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Judul Apa yang Harus Ku Buat

12 Juli 2011   08:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:44 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Kita putus”
Apanya yang putus
“hubungan kita”
Kenapa harus putus
“ya putus”
Tapi apa salahku
“ngak ada”
Jadi
“jadi kita putus karna sudah tak cocok lagi”
Apakah tidak ada jalan lain selain dari putus?
“kenapa kamu harus bertanya terus, aku pusing ni?

Ya sudah, jika itu mau mu, tapi jangan pernah kau sesali karna kau sudah memutuskannya.

Hamper setenggah jam manusia berlainan jenis itu terdiam dalam kebisuan tanpa kata hanya ada angin yang perlahan menyusun membawa dingin namun kondisi tubuh dan kepala mereka masih dalam kondisi panas karna pengaruh tensi darah yang masih tinggi.
Telah lama dalam berpacaran bahkan bertahun bukanlah waktu yang singkat memahami sebuah perasaan akan pengertian pengertian yang jadi tuntutan, berpisah, berarti keadaan tidak sama lagi setelah itu waktu kelak kembali bertemu hanya sebatas nyanyian rindu yang penuh syahdu.
Cinta tanpa penjelasan yang memang dibutuhkan menghayati dan memahaminya, keromantisan kian memudar kilah sang perempuan pada lelaki yang diputuskannya, ungkap lelaki pada perempuan hamper semua maumu ku penuhi, ku turuti carut marut harap mu dalam waktu yang tidak sebentar.
Kini kau telah pergi wahai perempuanku, dengan alasan yang menurut ku tak logis, kenapa tidak kau katakana yang sebenarnya, bahwa kebosanan telah mengeroti pikiran mu karna ingin mu terlalu tinggi aku tak mencapainya walau telah ku usahakan membuat tangga menuju pada yang tinggi ingin mu.
Kau telah mengambil keputusan yang salah, karna kau telah tak sudi menjadi yang halal bagiku, jika kelak kau menyesali maka jangan pernah kembali karna aku sudah tak meletakkan kau dimana depan ku, bukannya aku kejam tak memahami perasaan mu, tetapi kesempatan itu pernah ku beri beda dengan dirimu yang tak mau memberi aku kesempatan untuk melakukan hal kelebih baik lagi.
Bila kau telah tak sudi janganlah kau memaki aku yang telah kau tinggalkan karna kelak menyadari bahwa kau telah mensia-siakan lelaki terbaik yang pernah kau kenal hanya karna kemilau dunia, aku akui bahwa cinta tak cukup bermodal dengkul tetapi memang dalam hubungan dibutuhkan uang. Tetapi tidak semua bentuk kebahagia itu dapat dibeli dengan uang.
Wahai mantan kekasih..!!
Pergilah, biarkan aku melupakan warna bibir mu yang berbisa.

(maaf kawan jika cerita mu ku tulis disini)
Salam
Nasruddin Muhammad Djalil
Sikabu, 09 Juli 2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun